Daerah MAULID NABI

Tradisi ‘Lima-lima’ di Pesantren Babakan Ciwaringin

Jum, 17 Januari 2014 | 03:01 WIB

Cirebon, NU Online
Maulid Nabi Saw menjadi berkah tersendiri untuk umat Muslim, tak terkecuali para santri dan masyarakat di sekitar Pesantren Babakan Ciwaringin. Sebagaimana semarak di daerah-daerah lain, mereka menggelar kembali tradisi ‘lima-lima’ maulid Nabi, Selasa (14/01/13) di ruang utama Masjid Raudlatut Tholibin.
<>
Dalam tradisi lima-lima, setiap rumah dengan sukarela mensedekahkan sedikitnya lima bungkus nasi, untuk dibagikan kepada para santri dan masyarakat yang ikut marhabanan (membaca shalawat) di masjid saat memperingati Maulid Nabi

KH. Najiallah Fauzi, salah seorang imam masjid mengatakan, tradisi ‘lima-lima’ merupakan tradisi turun-temurun dari para sesepuh dan kiai di pesantren Babakan, sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Hal senada diungkapkan Ust. Mamang M. Haerudin, salah seorang khadim al-Ma’had di Pesantren Raudlatut Tholibin, pihaknya mengaku bahwa tradisi lima-lima menjadi ciri khas tersendiri bagi para santri dan masyarakat Babakan Ciwaringin.

“Bagi saya maulid Nabi tak hanya sekadar ritual peringatan, tetapi lebih dari itu, kita diajak untuk merenungi dan meneladani akhlak mulia Nabi. Salah satunya adalah tentang pentingnya menjaga dan mempererat silaturahmi. Para santri dan masyarakat melalui tradisi ini saling bertemu dan silaturahmi selalu terjalin,” ungkapnya.

Hadir dalam acara ini beberapa sesepuh dan kiai beserta para santri dan masyarakat Babakan Ciwaringin, dengan bersama-sama membaca kitab sirah Nabi al-Barzanji. Acara dimulai ba’da Ashar dan selesai pukul 17.00. Hingga berakhir dengan pembacaan do’a yang dipimpin oleh KH. Najiallah Fauzi, yang biasa disapa Kang Jiji. (Qomarudin/Mahbib)