Selepas sembahyang maghrib warga yang semuanya laki-laki berduyun menggendong ember ukuran sedang berisi aneka makanan (ambeng). Mereka mengumpul di sebuah masjid, duduk berbaris saling hadap, dan siap melantunkan doa-doa.
<>
Suasana ini hampir terjadi di seluruh sudut kampung di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, saban Kamis Pon malam atau lebih dikenal dengan Malem Jumat Wage. Gema tahlilan dari pengeras suara terdengar di mana-mana. Siang harinya, aktivitas dapur terlihat sangat sibuk dan pasar-pasar tampak semakin ramai.
Seperti yang terjadi di Dusun Sayang, Desa Blongsong, Kecamatan Baureno, Kamis (22/8) malam. Tanpa komando, ratusan jamaah yang terdiri dari orang tua, pemuda, dan anak-anak memenuhi masjid setempat.
Hanya sedikit orang yang tak membawa ambeng. Ambeng lazimnya berupa nasi beralaskan daun pisang yang disajikan bersama mie, ikan, telur, atau daging ayam. Namun, ada pula sekadar buah dan jajanan pasar untuk dibagikan sebagai menu pelengkap.
“Niat kita di sini adalah sedekah dan mendoakan arwah para ahli kubur kita yang telah meninggal khususnya, dan umumnya seluruh umat Islam yang ada di dunia,” kata salah seorang tokoh masyarakat, Masduri, saat memimpin acara.
Sebelumnya, sejumlah anggota Pimpinan Anak Ranting Muslimat setempat menggelar khataman al-Qur’an bakda Dhuhur. Sementara kaum ibu mengaji di masjid, para pria umumnya melakukan nyekar alias berziarah dan membersihkan kuburan keluarga.
Agenda rutin per 35 hari ini berpengaruh pada pergerakan ekonomi masyarakat. Di Bojonegoro telah dimaklumi bahwa Kamis Pon adalah momen membludaknya pengunjung sebagian besar pasar. Tidak hanya jumlah pembeli yang meningkat, penjual musiman juga selalu hadir dan menggelar lapaknya di pinggir-pingir trotoar.
Pasar Kamis Ponan dimanfaatkan para pedagang menjual ragam kebutuhan saat itu, seperti kembang untuk menyekar, daging, buah-buahan, jajanan pasar, dan bahan pokok untuk hidangan kenduri Malem Jumat Wagean.
Khusus di Desa Blongsong, selain ke makam keluarga, sebagian penduduk biasanya berziarah pula ke sebuah makam keramat, Sunan Blongsong, orang yang diyakini berjasa menyebarkan Islam dan mendirikan desa tersebut.
Malam Jumat Wage merupakan saat puncak acara. Hampir semua masjid diisi acara tahlilan, yakni membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, shalawat, dan doa untuk para pendahulu. Usai tahlilan, rasa solidaritas antarsesama mereka tampakkan dengan saling memberi atau bertukar hidangan yang mereka bawa sendiri dari rumah.
Penulis: Mahbib Khoiron
Terpopuler
1
Tanggapan Rais Syuriyah PCNU Pemalang atas Bentrok FPI dengan PWI-LS
2
Ini Doa Memasuki Bulan Shafar, Lengkap dengan Transliterasi dan Terjemahnya
3
Mustasyar PBNU Serukan Pentingnya Nahdliyin Jaga Pemahaman Islam Moderat di Masyarakat
4
PBNU Akan Luncurkan Penulisan Sejarah NU Jilid Pertama pada Peringatan Satu Abad Masehi 31 Januari 2026
5
RMINU Jabar Dorong Pemprov Tindak Lanjuti Evaluasi Hibah Pesantren
6
Salah Kaprah Memaknai Uang Haram sebagai Rezeki
Terkini
Lihat Semua