Daerah

Tradisi Ziarah Dikaji Secara Ilmiah

NU Online  ·  Ahad, 25 Agustus 2013 | 07:50 WIB

Sleman, NU Online
Bagi kaum Nahdliyin, ziarah bukanlah fenomena asing. Di Indonesia sendiri terdapat makam-makam para tokoh – khususnya tokoh agama – yang setiap harinya selalu didatangi oleh para peziarah. Jumlahnya beragam, ratusan hingga ribuan peziarah setiap harinya.<>

Hal tersebut membuat Prof George Quinn dari Australian Nation University (ANU) untuk mengkaji lebih lanjut tentang ‘gejala’ ziarah di Indonesia, yang kemudian didiskusikan di Pesantren Aswaja Nusantara Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Jum’at (23/08) malam.

“Gejala ziarah di Indonesia (Jawa, Madura dan Bali) sangat rumit. 130 makam yang sudah saya datangi, dan setiap tempat memiliki cerita sendiri-sendiri,” ungkap Quinn malam itu.

Ia pun menceritakan, bahwa berdasarkan penelitiannya tersebut, setidaknya ziarah dapat memiliki enam fungsi.

Pertama, fungsi keagamaan dan ekonomi. Motif para peziarah memang untuk meningkatkan jiwa spiritual. Namun, tidak jarang ditemukan peziarah dengan motif untuk meningkatan ekonomi.

Kedua, fungsi pendukung industri. Ziarah saat ini telah menjadi objek wisata, sehingga menggerakkan industrialisasi bagi warga yang bertempat tinggal di wilayah makam tersebut.

Ketiga, fungsi politik. Hal tersebut dapat ditemui pada beberapa kasus makam para tokoh-tokoh tertentu, seperti Soekarno di Blitar, Soeharto di Giri Bangun, dan tidak menutup kemungkinan makam Gus Dur di Jombang juga akan mengalami hal yang sama.

Keempat, fungsi geografis. Makam, seperti memiliki wilayah geografi tersendiri yang tidak masuk dalam ‘peta’ dunia modern.

Kelima, fungsi pemeliharaan lingkungan, karena makam telah dianggap sebagai tempat ‘keramat’ sehingga mendorong warga sekitarnya untuk memelihara dan merawat makam tersebut.

Keenam, fungsi sejarah. Ketika berziarah di makam seorang tokoh, para peziarah dapat mengetahui gambaran cerita masa lalu tentang kehidupan tokoh tersebut, yakni melalui Juru Kunci yang terdapat di setiap makam.

Selain memiliki enam fungsi, ‘gejala’ ziarah dapat terjadi pada seseorang dalam dua kondisi, yakni ketika perekonomian seseorang sedang naik, atau justru ketika sedang turun. Sehingga dari hal tersebut, kerap memunculkan kekhawatiran adanya syirik dalam benak para peziarah. 

“Jika ziarah dengan niat hanya ingin dilihat saja, maka fungsi spiritual itu akan hilang. Hanya tinggal fungsi ekonomi saja,” ujar Kiai Mustafied, Direktur Pesantren Aswaja Nusantara.

“Bagaimanapun, makam merupakan titik penting dari zaman dahulu. Jadi, jangan hanya dianggap sebagai peninggalan masa lampau saja, karena masih akan ‘hidup’ sampai sekarang,” tandas Quinn malam itu.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Dwi Khoirotun Nisa’