Daerah

Tutup Tahun, Anak Muda NU Cicantayan Ziarahi Makam Para Kiai

NU Online  ·  Selasa, 1 Januari 2019 | 16:55 WIB

Sukabumi, NU Online 
Sejumlah  anak muda NU Kabupaten Sukabumi menziarahi makam para kiai, di antaranya KH Muhammad Masthuro, pendiri Pesantren Al-Masthuriah Tipar Cisaat, Habib Syekh bin Salim Alatas, KH Abdullah Mahfud pendiri Pesantren Assyalafiyah Babakan Tipar, KH Dadun Sanusi di kompleks Pesantren Sunanul Huda Cikaroya, KH Kholilullah di Pesantren Sirojul Athfal. 

Ketua MWCNU Kecamatan Cicantayan Ustadz Jihad memimpin ziarah yang dimulai selepas maghrib Senin (31/12) malam tersebut.  

Menurut dia, generasi muda NU yang diharapkan sebagai pelopor dalam kebaikan di tengah-tengah masyarakat memanfaatkan pergantian tahun dengan aktivitas kurang bermanfaat. Padahal mereka bisa memaksimalkan peranannya sebagai pelopor perubahan menuju masyarakat lebih maju, sejahtera dan berkeadilan.

“Tahun baru dengan kegiatan ziarah sebagai momentum bangkitnya gerakan generasi muda NU yang memiliki pandangan ke depan sebagai generasi penerus bangsa sebagai titipan dari terdahulunya yang tidak jumawa yang melepaskan sumbu nasab keilmuannya dan perjuangannya kepada guru-guru agung,” jelasnya kepada NU Online 

Para guru tersebut, menurutnya, telah mengajari dan membimbing dan menyebarkan kebaikan dengan penuh kedamaian tanpa merusak tatanan sosial budaya yang. Cara-cara semacam itu hendaknya menjadi pembelajaran yang sangat berharga dan patut ditiru oleh generasi muda NU. 

“Ziarah kubur membangun kesadaran generasi muda NU sebagai penyambung rasa dalam semangat perjuangan, yakni bercermin dari tokoh agung yang dipandang sukses dalam menjalankan misi dakwah,” katanya. 

Ziarah juga menjadi ajang untuk mengingat kematian. Mengingat kematian bisa menyebabkan orang bersemangat dalam mengisi kehidupan dengan karya untuk agama dan negara dan masyarakat umum.

“Pergantian tahun baru ini sebagai media tasyakur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan-Nya.” 

Kegiatan ini diakhiri dengan santapan kabuli Nusantara ala NU, yakni nasi liwet di atas daun pisang secara berjamaah. Kemudian mereka menyantap semangka Tasikmalaya dan durian khas Cijalingan. (Sofyan Syarif/Abdullah Alawi)