Daerah

Udik-udikan, Cara UPZISNU Kebonagung Sidoarjo Kenalkan Koin NU 

Ahad, 15 November 2020 | 17:45 WIB

Udik-udikan, Cara UPZISNU Kebonagung Sidoarjo Kenalkan Koin NU 

Udik-udikan merupakan tradisi melemparkan atau menebarkan uang koin recehan. Makna dari tradisi udik-udikan adalah sebagai wujud rasa syukur. (Foto: Yulianto)

Sidoarjo, NU Online
Beraneka ragam cara dilakukan oleh umat Islam diseluruh penjuru dunia, sebagai wujud ungkapan rasa syukur dan gembira atas kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW. Seperti yang dilakukan oleh Unit Pengelola Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (UPZISNU) Ranting Kebonagung, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

 

Bersinergi bersama Ibu-ibu jamiyah Tahlil dan Diba Desa Kebonagung UPZISNU menggelar udik-udikan dan santunan anak yatim yang dikemas dalam acara peringatan Maulid Nabi, Sabtu (14/11). Acara digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus Covid-19.


Udik-udikan merupakan tradisi melemparkan atau menebarkan uang koin recehan. Makna dari tradisi udik-udikan adalah sebagai wujud rasa syukur. Tradisi tersebut merupakan budaya kearifan lokal warisan para leluhur Desa Kebonagung. Anak-anak pun tampak sangat antusias ikut merebut uang koin recehan yang dilemparkan panitia.


Acara yang dipusatkan di halaman Masjid Al-Kahfi, Desa Kebonagung ini, juga didukung oleh Pimpinan Ranting NU (PRNU), Badan otonom (Banom), serta Nahdliyin di kawasan tersebut.


Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdatul Ulama (MWCNU) Porong, HM Sugiono, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas sinergi yang telah dilakukan oleh ranting NU Kebonagung, lembaga, serta Banom, sehingga acara tersebut berjalan dengan lancar dan sukses.


"Sinergi ini sebagai wujud membangun sebuah ukhuwah dan persaudaraan. Kalau warga Desa Kebonagung menyebutnya membangun persaudaraan dengan sesama warga NU," tutur Abah Sugik, sapaan akrabnya.


Lebih lanjut, Abah Sugik mengajak PRNU Kebonagung beserta seluruh Banom agar tetap bersatu  untuk mendukung dan membangkitkan LAZISNU. 

 

"Kalau NU dan Banom tidak bersatu, kaleng Koin NU Peduli tidak akan berjalan. Akan tetapi, jika LAZISNU ranting sudah berjalan, maka semua biaya kegiatan NU akan ditopang oleh LAZISNU, seperti kegiatan pemberian santunan pada malam hari ini," ia menekankan.

 

Sementara itu, salah seorang panitia acara sekaligus ketua jamiyah Tahlil dan Diba Desa Kebonagung, Hj Siti Ma’rifah, menjelaskan bahwa acara tersebut rutin dilakukan dengan sumber dana berasal dari hasil penggalangan donasi kepada jamaah dan warga sekitar. Kali ini pihaknya telah bersinergi serta berbagi program dengan LAZISNU ranting.

 

Kontributor: E Yulianto
Editor: Kendi Setiawan