Daerah

Unisma Bertekad sebagai Kampus NU Terbesar di Dunia

Jum, 30 Maret 2018 | 05:00 WIB

Malang, NU Online
Pengakuan bahwa Universitas Islam Malang atau Unisma sebagai perguruan tinggi milik Nahdlatul Ulama (NU) yang terbesar disampaikan Presiden Joko Widodo. Tidak semata di Indonesia, bahkan Unisma adalah kampus NU terbesar di dunia.

Penegasan tersebut disampaikan langsung Presiden RI Joko Widodo saat meresmikan Gedung Bundar Al- Asy'ari dan Gedung Umar bin Khattab di Unisma, Malang, Jawa Timur, Kamis (29/3). 

"Unisma merupakan kampus NU terbesar di dunia dengan jumlah mahasiswa sekitar 13 ribu lebih. Ini jumlah yang sangat banyak," kata Jokowi saat menjadi keynote speaker kuliah umum di kampus tersebut. 

Dalam pandangan Rektor Unisma, H Maskuri bahwa sanjungan tersebut menjadikan sebagai angin segar bagi perkembangan kampus. “Seluruh informasi strategis tentang pembangunan dan pengembangan Indonesia yang disampaikan presiden akan disinkronkan dengan kurikulum pendidikan sehingga kami dapat tanggap terhadap persoalan dan mewujudkan Unisma menjadi world class university,” kata Maskuri.

Sejak tiba di Unisma, Jokowi sendiri langsung disambut persembahan kesenian dari 34 provinsi di Indonesia dan 6 negara. Selain itu, Jokowi juga sempat mengintip pameran hasil karya penelitian dan pengabdian masyarakat, entrepreneur expo hasil kuliah kewirausahaan.

Maskuri menjelaskan, sebelumnya Unisma telah menggeber international conference yang menjadi salah satu rangkaian kegiatan Gerak Lisan utama II (Gebyar Kreatifitas Lintas Ilmu dan Seni Anak Negeri untuk Prestasi Bersama).

“Kegiatan ini merupakan salah satu dari kegiatan tahunan, yang merupakan media pengembangan atmosfir akademik, entrepeneurship, dan kreatifitas kemahasiswaan yang dikemas secara baik untuk mendukung munculnya ide-ide baru dari dosen maupun mahasiswa,” imbuhnya.

Dikatakan pula, momentum kedatangan Jokowi membuat Unisma kian bertekad meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan. Dalam Rencana Induk Pengembangan (RIP) Unisma 2011 – 2031, dicanangkan 5 tahap pengembangan (milestone) dan saat ini Unisma berada dalam tahap kedua yakni teaching university.

Maskuri menyebutkan tengah merencanakan mengembangkan kampus lebih baik lagi. Salah satunya, dengan membangun gedung sembilan lantai. "Kalau NU lambangnya sembilan bintang, sehingga ada peluang ada gedung sembilan lantai setelah kedatangan presiden," katanya.

Maskuri juga berencana mengembangkan kampus 2 di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang antara lain untuk agrokomplek, laboratorium, masjid, dan perumahan dosen. Selain itu juga membidik kawasan Malang selatan untuk pengembangan pariwisata dan rumah sakit. Termasuk memperbaiki perpustakaan yang nanti akan diberi nama Joko Widodo. 

Tahun 2018 ini Unisma mengagendakan kunjungan kerjasama ke 8 negara antara lain Australia, Uzbekistan, Azerbaijan, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Korea Selatan. “Hasil akhir dari kegiatan ini akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di perguruan tinggi, khususnya Unisma,” katanya.
 
“Berbagai usaha telah dilakukan mulai dari pengembangan sarana dan prasana perkuliahan, perkantoran dan laboratorium serta peningkatan kualitas sumber daya manusia, penataan kelembagaan dan kerjasama baik dalam maupun luar negeri,” jelasnya.

Terhadap sejumlah rencana tersebut, presiden berencana mengundang Rektor Unisma ke Istana Negara pekan depan untuk membahas pengembangan  yang bisa dibantu pemerintah.

"Saya akan mengundang pak rektor ke istana. Biar detil-detil rencana Unisma ke depan bisa tahu. Dan dari sisi mana pemerintah bisa membantunya," kata Jokowi di Gedung Bundar Al Asy'ari.

Perguruan tinggi yang terletak di Jalan Mayjen Haryono 193 Malang, Jawa Timur tersebut kini menaungi 10 fakultas, yaitu fakultas agama Islam, hukum, pertanian, peternakan, teknik, matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, keguruan dan ilmu pendidikan, ilmu administrasi, ekonomi, serta fakultas kedokteran.

Selain itu, Unisma juga menyelenggarakan pendidikan untuk jenjang S2 dan S3.

Kulian umum dan peresmian gedung tersebut dihadiri mantan Menteri Agama RI, KH Tholhah Hasan, Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, serta jajaran pimpinan daerah Malang Raya. (Red: Ibnu Nawawi)