Daerah

Unusa Gelar Shalat Gaib dan Galang Dana untuk Donggala

NU Online  ·  Selasa, 2 Oktober 2018 | 13:00 WIB

Surabaya, NU Online
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) turut bersimpati atas musibah gempa bumi dan tsunami yang melanda kawasan Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Shalat gaib dan penggalangan dana dilakukan untuk meringankan derita masyarakat di sana. 

Dana yang terkumpul di hari pertama secara simbolis diserahkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan Keperawatan (FKK) kepada Achmad Jazidie selaku Rektor Unusa. Nantinya bantuan akan disalurkan ke posko peduli bencana.

“Sebagai bentuk kepedulian terhadap derita warga tertimpa gempa dan tsunami, kami menggelar aksi penggalangan dana serta membuka posko peduli bencana,” kata Achmad Jazidie, Selasa (2/10). Bantuan diperoleh dari civitas akademika Unusa mulai hari ini hingga waktu yang belum ditentukan, lanjutnya.

“Empati kepada sesama saat ini harus dihidupkan untuk membantu sebangsa dan setanah air. Jika ada rizki sisihkan, jika tidak ada rizki kita doakan semoga saudara-saudara kita tabah menghadapi cobaan,” ungkap Jazidie.

Dirinya bersyukur, aksi penggalangan dana mendapat sambutan luar biasa dari civitas akademika Unusa. Dirinya memastikan bantuan akan terus mengalir.

“Unusa selalu membuka posko peduli bencana, baik ada maupun tidak ada bencana. Karena bencana selalu ada setiap saat,” jelasnya.

Jazidie menegaskan bahwa sekecil apapun bantuan yang diberikan sangat berarti bagi para korban yang tengah menghadapi musibah. Pihaknya juga mengatakan akan mempertimbangkan pengiriman tenaga medis ke Palu serta Donggala. “Hal itu pernah dilakukan saat bencana serupa yang baru saja dialami masyarakat Lombok,” terangnya.

Saat ini Unusa juga mempertimbangkan untuk segera menmgirimkan tenaga medis. “Kendati jarak Palu dan Donggala lebih jauh dibandingkan ke Nusa Tenggara Barat, semoga kita bisa melakukan hal yang sama,” urainya.

Sebelum melepas bantuan, keluarga besar Unusa menggelar shalat Dhuhur dan gaib berjamaah. Kegiatan dipungkasi dengan pembacaan tahlil. (Hisam Malik/Ibnu Nawawi)