Daerah HARI SANTRI 2023

Upaya Selamatkan Lingkungan, NU Sumenep Meriahkan Hari Santri dengan Tanam Bibit Mangrove

Ahad, 8 Oktober 2023 | 08:15 WIB

Upaya Selamatkan Lingkungan, NU Sumenep Meriahkan Hari Santri dengan Tanam Bibit Mangrove

Para pengurus PCNU Sumenep turut menanam bibit mangrove pada Sabtu (7/10/2023). Kegiatan ini dilakukan dalam menyambut Hari Santri 2023 yang berfokus pada penyelamatan lingkungan (Foto: NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep Jawa Timur mengagendakan sejumlah kegiatan dalam menyambut dan memeriahkan Hari Santri 2023. KH A Pandji Taufiq mengatakan salah satunya adalah penananam 1.000 mangrove yang difokuskan untuk penyelamatan lingkungan. 


Menurut Kiai Pandji, egiatan ini tidak hanya menjadi slogan, tapi menjadi amaliyah yaumiyah yang dampaknya sangat dahsyat bagi masyarakat. Pihaknya bersama seluruh elemen NU, mencoba menerobos sekat-sekat lapisan masyarakat agar dakwah ini terasa bagi kepentingan umat. 


“Jika Kemeterian Agama (Kemenag) RI mengusung Jihad Santri Jayakan Negeri sebagai tema hari santri, maka salah satu rangkaian Hari Santri 2023 di Sumenep mengemas dengan kegiatan penyelamatan lingkungan. Tanpa lingkungan yang mendukung, maka kesejahteraan akan angel (sulit), kata orang Jawa," ujarnya di acara Warga NU Menanam di Pantai Matahari Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Sumenep, Jawa Timur, Sabtu (7/10/2023).

 

Isu internasional, nasional dan lokal, kata dia, persoalan lingkungan sudah masuk pada tiik 0. Menurutnya, isu tersebut benar-benar nyata. Karena banyak masyarakat di Kabupaten Sumenep yang mengebor air di rumah masing-masing. 

 

"Sebenarnya bumi memiliki hak menangis. Karena banyak warga di perdesaan mengobar air yang berimplikasi pada keringnya sumber mata air. Oleh karenanya, kami mengajak kepada Nahdliyin untuk menyelamatkan lingkungan dengan kegiatan menanam pohon,” ungkapnya.

 

Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk ini menjelaskan, pihaknya memilih Pantai Matahari sebagai pusat kegiatan penghijauan, karena Pemerintah Desa (Pemdes) Lobuk bisa menginspirasi santri. Cekungan di bibir pantai yang dulunya dijadikan tempat sampah, kini Pemdes bisa menyulapnya menjadi spot pancing ikan laut dan objek wisata bahari.

 

"Saya kagum kepada kepala desa yang juga statusnya seorang santri bisa berdakwah dan memperhatikan lingkungan dan sampah. Tahun depan, kami akan memilih lokasi lainnya. Tentunya lokasi tersebut memiliki nilai tersendiri dan menjunjung inovasi serta kreativiitas yang tinggi,” tuturnya.

 

Diketahui, seluruh lembaga di lingkungan PCNU, Badan Otonom NU, pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) se-Sumenep, serta Pengurs Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) setempat, ikut serta melakukan penanam bibit mangrove di pantai tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh NU Online, hingga siang hari jumlah bibit mangrove yang telah ditanam mencapai ratusan. Proses penanaman bibit dihentikan karena terjadi air laut pasang. Panitia mengagendakan penanaman pada hari berikutnya karena berkomitmen menyediakan dan menanam 1.000 bibit.


Keunikan Pantai Matahari
Di tempat yang berbeda, Kepala Desa Lobuk Mohammad Saleh menjelaskan, dinamakan pantai yang menjadi lokasi penanaman bibit mangrove dinamai Pantai Matahari karena pengunjung dapat melihat langsung matahari saat terbit dan terbenam.

 

"Surga yang tersembunyi di Sumenep ini sering dijadikan spot mancing ikan dan dikunjungi oleh pelajar yang sedang berkaryawisata," kata Saleh.

 

Jembatan kayu yang membentang panjang, lanjutnya, sering dijadikan spot foto oleh pengunjung. Sedangkan gazebo yang ada di jembatan kayu tersebut, dijadikan tempat memancing oleh pegiat atau komunitas olahraga memancing.

 

"Bagi warga yang belum pernah berkunjung ke pantai Matahari. Kalian bisa menggunakan kendaraan bermotor, baik roda empat ataupun roda dua. Jarak dari Kota Sumenep ke lokasi, kurang lebih  18 kilometer," terangnya.