Daerah

Video Perundungan Dibuat karena Rasa Ingin Menunjukkan Kekuasaan

Ahad, 1 Oktober 2023 | 20:00 WIB

Video Perundungan Dibuat karena Rasa Ingin Menunjukkan Kekuasaan

Ilustrasi (Foto: Freepik)

Sumenep, NU Online
Akhir-akhir ini jagat maya sering dihebohkan dengan video kekerasan dan perundungan yang dilakukan oleh pelajar. Kasus terbaru adalah video pelajar SMP di Cilacap Jawa Tengah yang mengalami perundungan bahkan kekerasan secara fisik yang dilakukan oleh siswa lainnya


Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Sumenep, Jawa Timur, Kiai Zamzami Sabiq Hamid mengatakan video perundungan dibuat didasari oleh dorongan ingin menunjukkan kekuasaan dan kekuatannya terhadap orang lain. 

 

"Video perundungan yang dibuat menunjukkan bahwa dirinya kuat, sehingga yang ia tampilkan memunculkan kepuasan pada dirinya tanpa berpikir apa yang dia lakukan sebenarnya berdampak sangat buruk terhadap siswa lain yang menjadi korban perundungan," terangnya kepada NU Online, Ahad (1/10/2023).

 

Disebutkan, ada 5 pemicu perundungan bisa dilakukan oleh siswa. Pertama, tradisi turun menurun. Kedua, balas dendam karena dulu menjadi korban perundungan. Ketiga, ingin menunjukkan kekuasaan dan kekuatannya. Keempat, pengaruh lingkungan dan tontonan yang mengandung unsur kekerasan. Kelima, dorongan untuk mendapatkan kepuasan. 


"Kelima hal ini saling berkaitan dan mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan perundungan," ujar Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep ini.

 

Kiai Zamzami menjelaskan, ada beberapa dampak buruk bagi korban kekerasan dan perundungan, yaitu korban menderita kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri korban merosot, munculnya rasa trauma, korban menderita ketakutan sosial.

 

"Yang paling parah, korban menderita depresi sehingga memiliki kecenderungan untuk bunuh diri," ungkap Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Aengdake, Bluto, Sumenep ini.


Untuk mengatasi korban kekerasan dan perundungan, kata dia, korban butuh lingkungan yang tepat untuk memulihkan kondisi psikologisnya. Yang dimaksud Kiai Zamzami adalah lingkungan yang di dalamnya terdapat orang-orang yang tepat dan menjadi support system yang baik bagi pemulihan trauma, di samping juga butuh pendekatan para ahli seperti psikolog dan konselor.

 

"Kami berharap semua pihak bekerja sama. Mulai dari adanya peran orang tua, guru, masyarakat, tokoh agama, para ahli, dan pemangku kebijakan untuk mencegah kasus kekerasan dan perundungan, terlebih kasus geng motor yang meresahkan masyarakat," pintanya.