Banda Aceh, NU Online
Warga Banda Aceh terlihat begitu antusias mengikuti pengajian tasawuf, tauhid, dan fiqih (Tastafi) yang diasuh oleh salah seorang ulama kharismatik Aceh, Syekh Abu Hasanoel Bashri HG atau yang akrab disapa Abu MUDI di Masjid Raya Baiturrahman semalam, Jumat (7/3).
<>
Sebelumnya, Pengajian Tastafi diadakan di Meunasah Al-Latief Kampung Baro, tepat di belakang Mesjid Raya Baiturrahman. Namun, mengingat jumlah jamaah yang semakin meningkat, tempat ini tidak muat lagi menampung jamaah dan panitia mengambil inisiatif untuk memindahkan lokasi pengajian ke Mesjid Raya Baiturrahman. Pengajian ini diadakan sebulan sekali setiap Jumat malam saban awal bulan.
Ketua Penyelenggara Pengajian Tastafi Tgk Marwan selaku sambutannya mengucapkan terima kasih kepada pengurus Mesjid yang telah memberi izin pelaksaan pengajian Tastafi di Mesjid ini. Dukungan terhadap pengajian Tastafi juga datang dari Wagub Aceh, Muzakir Manaf.
“Saya berharap dan memohon kesedian Abu untuk mengasuh pengajian ini tidak hanya sebulan sekali, tetapi setidaknya dua minggu sekali, karena pengajian ini merupakan wadah yang sangat penting untuk memperbaiki moral rakyat Aceh.
Abu MUDI saat itu memberikan syarah kitab Sirus Salikin secara panjang lebar mengenai syariat, thariqat, dan hakikat. Menurut dia, syariat dan thariqat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, sebagaimana dijalani Nabi SAW. Sedangkan hakikat, katanya, bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari, melainkan sebuah kedudukan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang telah menjalankan syariat dan thariqat secara benar.
Abu juga menegaskan bahwa Islam tidak sempit, Islam sangat luas dan sangat toleran terhadap kondisi-kondisi tertentu. Dalam kondisi hajat (kebutuhan), dharurah (terdesak), hukum Islam bisa saja berubah dari hukum yang sebelumnya haram menjadi mubah.
“Kun fil fiqhi muhaqqaqa, wa fil fununi musyarika. Pahamilah fikih secara mendetail dan mendalam, adapun disiplin ilmu yang lain sekedarnya saja. Tauhid cukup sekadar tidak mensyarikatkan (menyekutukan Allah dan tasawuf untuk memperbaiki akhlak,” ujar Abu.
Menurut Abu, untuk mendalami Fiqih butuh waktu yang lama dan bimbingan guru, karena banyak hal di luar makna harfiah yang hanya bisa dipahami dengan dukunga ilmu-ilmu yang lain.
Dalam sesi akhir disediakan kesempatan tanya jawab kepada majelis pengajian dan pendengar Radio Pro 1 RRI. Dalam sesi ini, masalah yang menjadi sorotan adalah mengenai hukum asuransi, thariqat, shalat dengan imam mazhab lain, penafsiran hadis, arisan, pembagian tauhid, tawassul dan juga seputar masalah wanita. (M. Iqbal Jalil/Mahbib)
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
4
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
5
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua