Daerah

Warga Bogor Manaqiban Peringati Haul Gus Dur

Rab, 3 Januari 2018 | 07:24 WIB

Bogor, NU Online
Warga Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menggelar kegiatan manaqiban dan tawassulan kubro, guna memperingati haul sewindu KH Abdurrahman Wahid, yang dirangkai dengan haul ke-878 Sultanul Aulia Tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, dan Haul ke-496 leluhur Bogor, Sribaduga Maharaja Prabu Siliwangi.

Ketua Yayasan At-Tawassuth, Ahmad Fahir, selaku penggagas kegiatan kepada NU Online di Bogor, Rabu (3/1) mengatakan kegiatan bertajuk Kabupaten Bogor Beramanqib: Menebar Rahmat untuk Kemaslahatan dan Kebangkitan Bangsa diselenggarakan pada Ahad malam, atau menjelang pergantian tahun.

Kegiatan tersebut dipusatkan di Kampung Sawah, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, melibatkan 150 orang peserta.

Selain digelar di Kecamatan Kemang, kegiatan serupa juga digagas Yayasan At-Tawassuth di Keramat Leuwikotok, Tarikolot, Desa Pasirjala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

“Haul ini kami gelar berbarengan karena jatuhnya tiga hari berturut-turut, yakni Tuanku Syaikh Abdul Qodir Jailani pada Jumat, Gus Dur pada Sabtu, dan Prabu Siliwangi pada Ahad,” kata Fahir.

Peringatan haul dilakukan dengan tawassul kepada para ulama dan leluhur, pembacaan kitab manaqib Nurul Burhan, dan tausiyah mengenai karamah para wali dan keutamaan berbakti kepada orang tua.

Penyelenggaraan haul Tuanku Syaikh Abdul Qodir, Prabu Siliwangi, dan Gus Dur, merupakan yang kelima kali digagas oleh Yayasan At-Tawassuth.

Pada akhir 2013 dan 2014 kegiatan haul digelar di Pesantren Al-Fatah, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. 

Pada akhir 2015, kegiatan haul dialihkan ke Petilasan Prabu Ragamulya Surya Kenana di Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Sedangkan perhelatan haul pada akhir 2016 dan 2017 digelar di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.

“Kegiatan Kabupaten Bogor Bermanaqib dalam rangka haul Tuan Syaikh Abdul Qodir, Eyang Prabu Siliwangi, dan Gus Dur, diharapkan menjadi inspirasi bagi masyrakat luas untuk meneladani perjuangan para ulama dan sepuh masa silam,” demikian Ahmad Fahir. Red:Mukafi Niam