Daerah HARI SANTRI 2017

Warga Mimika Peringati Hari Santri dengan Kegiatan Ini

Sen, 23 Oktober 2017 | 05:20 WIB

Mimika, NU Online
Peringatan Hari Santri Nasional 2017 di Mimika antara lain berlangsung di Masjid Nurul Hikmah Kampung Mwuare. Sebanyak 31 jamaah masing-masing membacakan 1.111 shalawat Nariyah. Majelis Al-Barzanji di Kampung WangirjaSP9, Masjid Kampung Semereu SP 6, dan Kampung Bhintuka SP13 melakukan hal yang sama.

Pagar Nusa yang eksis di Mimika sejak 3 tahunan ini turut berkarya. Sebanyak 35 pendekar dan santri membaca sholawat nariyah masing-masing sebanyak 1.000 kali, di Masjid An-Nur Kampung  Wonosari Jaya dimpin oleh Ketua Pagar Nusa, Deni.

Di Pesantren Hidayatus Sibyan asuhan Kiai Ahmad Fauzi, juga diadakan pembacaan sholawat nariyah yang diikuti puluhan santri dan pemuda. Pesantren yang masih rintisan para santri adalah pelajar SD, SMP, dan SMA. 

Di Kampung Timika Jaya SP2, tepatnya di Masjid Al Ikhlas, digelar istighosah an-Nahdliyyah dan pembacaan sholawat nariyah. Acara dibuka ust Fadlan yang menyampaikan bahwa malam ini spesial karena rutinan Istigosah bersamaan dengan malam hari santri. 

"Kita malam ini membaca sholawat nariyah untuk keselamatan bangsa dan meneladani perjuangan ulama, kiai, dan santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia," urainya.

Istighosah dan Sholawat Nariyah dipimpin oleh Sugiarso yang juga Wakil Ketua PCNU Mimika. Sedangkan doa Istighosah oleh Ustad Slamet dan doa Shalawat Nariyah oleh Ustad Fadlan.

Acara  diawali dengan Shalawat Badar, dilanjut tawasul dan Istighosah. Acara yang dihadiri lebih dari 50 orang dengan pembacaan shawalat sebanyak 35 kali, sehingga malam itu dibacakan sholawat nariyah sekitar 1.750 kali.

“Sungguh kekhusyukan dan keberhasilan pembacaan 1 miliar Shalawat Nariyah ini semoga membawa kebaikan bagi warga NU Mimika papua dan kepada keselamatan bangsa Indonesia yang kita cintai sebagai hasil perjuangan para santri dan kiai,” tambah Sugiarso.

Ia menguraikan tentang peristiwa resolusi jihad NU dan perang 10 November di Jembatan merah Surabaya. Menurutunya kita bisa beribadah saat ini karena kita punya negara. 

“NU itu tidak memisahkan agama dan negara. Kalau kita tidak punya negara dan tanah air, kita ibadah di mana? Juga jika negara tanpa landasan agama, maka menadi rusak,” tandasnya.

Malam itu juga dibacakan teks asli Resolusi Jihad NU. (Red Kendi Setiawan)