Daerah

Warga Pacitan Peringati Haul Pendiri Pondok Tremas

NU Online  ·  Sabtu, 14 September 2013 | 08:11 WIB

Pacitan, NU Online
Ribuan santri dan masyarakat sekitar pacitan menghadiri peringatan haul akbar muassis dan pendiri pertama Pondok Tremas Pacitan KH Abdul Manan Dipomenggolo di area pemakaman masyayikh Desa Semanten Pacitan, Jawa Timur, Jum’at (13/09) Sore.
<>
Selain diisi pembacaan manaqib, Peringatan Haul kemarin diisi dengan pembacaan tahlil yang dipimpin Kiai Rotal Amin. Sedangkan pembacaan do‘a secara bergantian dibacakan sejumlah kiai antara lain KH Umar Syahid, KH Faqih Sujak, KH Burhanuddin, KH Hammad Harist, KH Asif Hasyim, dan KH Achid Turmudzi.

KH Abdul Manan Dipomengolo sosok yang berjasa besar bagi Pondok Pesantren Tremas dan umat Islam Indonesia pada umumnya. Ia pendiri pertama Pondok Tremas Pacitan pada tahun 1830 Masehi.

Menurut pengasuh Pondok Tremas KH Luqman Harist Dimyathi yang membacakan manaqib Kiai Manan di hadapan para santri, komunitas bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di Ruwaq Jawiy pada tahun 1850-an di Al-Azhar Kairo Mesir telah ada. Kiai Manan adalah generasi pertama orang Indonesia yang belajar di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Di sana ia berguru pada Syaikh Ibrahim Al-Bajuri.

Pada masa remaja, Kiai Manan belajar kepada KH Hasan Besarai, Tegalsari Ponorogo, Jawa Timur. Usai mencari ilmu, ia mendirikan masjid dan pesantren di daerah Semanten Pacitan. Setelah berkeluarga dengan salah satu putri demang Tremas, ia kemudian memindahkan pesantrennya di desa Tremas dan jadilah sampai sekarang Pondok Tremas Pacitan.

Dari sosok Kiai Manan lahir putra-putra yang saleh dan membanggakan. Mereka meneruskan perjuangan ayahnya. Salah satu putranya adalah KH Abdulloh. KH Abdulloh memiliki anak, KH Mahfud Attarmasi yang mashur, KH Dimyathi, KH Dahlan, dan KH Abdurrozaq.

“Dalam kitab Al Ulama’ Al Mujaddidun karya Kiai Maimun Zubair Sarang Rembang, Kiai Manan adalah salah seorang ulama’ ahlussunnah yang pertama kali membawa dan mengaji kitab Ithaf Sadat Al-Muttaqin, yaitu syarah dari kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali,” tambah Kiai Lukman Harist yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Tanfidziah PWNU Jawa Timur itu. (Zainal Faizin/Alhafiz K)