Daerah

Waspadai Pihak Manfaatkan Polemik Puisi Sukmawati

NU Online  ·  Rabu, 4 April 2018 | 09:45 WIB

Pringsewu, NU Online
Puisi berjudul ‘Ibu Indonesia’ karya Sukmawati Soekarno Putri yang dibacakan pada acara 29 tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, Kamis (29/3) lalu menuai kontroversi dikalangan masyarakat. Banyak kalangan menilai bahwa puisi tersebut sarat dengan pelecehan simbol-simbol agama karena mempertentangkan budaya dan agama.

Kontroversi yang terjadi ini harus segera diselesaikan dengan mengedepankan klarifikasi atau tabayun sehingga jelas apa maksud yang diinginkan oleh Sukmawati Soekarno Putri  yang merupakan puteri Presiden RI pertama ini.

Menurut Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Pringsewu KH Hambali, kejadian ini harus diselesaikan dengan segera agar tidak menimbulkan pro dan kontra yang akan mengarah kepada perpecahan di tengah masyarakat.

"Kalau mau masalah senang atau tidak senang, sebagai umat Islam mesti dari hati nurani tidak senang jika agamanya dipermainkan. Namun harus ada penjelasan dari pencipta puisinya apa yang diinginkannya itu sebelum permasalahan bertambah besar dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan lain," katanya kepada NU Online, Rabu (4/3).

Ketua Umum MUI Kabupaten Pringsewu ini juga mengajak kepada ormas untuk menjaga kondisi ini agar tidak memunculkan gesekan antara umat maupun antar ormas yang ada.

"Peran ulama disini penting untuk menjelaskan kepada umat duduk permasalahan yang sebenarnya. Tidak malah hanyut dengan menyulut api kebencian dan provokasi yang mengarah kepada hal yang nantinya membawa kemudlaratan yang lebih besar," imbaunya.

Ia melihat saat ini, gejolak masalah agama di tengah masyarakat rawan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Masalah terkait agama memang sangat sensitif dan jika tidak dikelola dengan baik menuju jalan penyelesaian akan dimanfaatkan pihak tertentu.

"Sudah banyak pengalaman masalah sentimen agama dibumbui oleh pihak lain dan berujung kepada tujuan politik praktis," ungkapnya.

Oleh karenanya ia menandaskan kembali khususnya kepada warga NU, sebagaimana juga diimbau oleh PWNU Lampung, untuk mengedepankan tabayun dan tidak terpancing serta tersulut emosinya karena sudah menjadi budaya warga NU untuk mengedepankan kesejukan dan kedamaian. (Muhammad Faizin)