Daerah

Wisudawan STAI Al-Fithrah Surabaya Diingatkan Pentingnya Tasawuf 

Sab, 19 Oktober 2019 | 13:00 WIB

Wisudawan STAI Al-Fithrah Surabaya Diingatkan Pentingnya Tasawuf 

Sidang senat terbuka dalam rangka Wisuda Sarjana Strata 1 ke-8 STAI Al-Fithrah, Surabaya. (Foto: NU Online/panitia) 

Surabaya, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fithrah, Surabaya menggelar sidang senat terbuka dalam rangka Wisuda Sarjana Strata 1 ke-8. 
 
Pada acara yang digelar setiap tahun tersebut, STAI Al-Fithrah mewisuda 68 wisudawan/i yang berasal dari Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, program Studi Akhlak Tasawuf dan Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. 
 
KH Ach Dhofir Zuhry saat orasi menyampaikan perihal eksistensi dan potensi tasawuf sebagai gerakan perlawanan pembebasan dan pembaharuan dari masa ke masa. 
 
Menurut Gus Dhofier, sapaan akrabnya, tasawuf itu sifatnya pentauhidan. Segala hal yang tidak sesuai dengan risalah ketauhidan maka akan dilawan.
 
”Yang dilawan adalah segala bentuk mustakbirin atau tirani,” kata doktor muda dalam bidang filsafat Islam gersebut.
 
Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah Surabaya ini lebih lanjut mencontohkan yang dilakukan oleh al-Hallaj terhadap al-Muqtadir Billah yang korup. 
 
“Demikian pula Walisongo terhadap arogansi Mojopahit, walaupun tidak secara langsung, atau perlawanan para kiai terhadap kezaliman penjajah,” ungkap Ketua STF Al-Farabi ini.
 
Lalu, pesan pembebasan tasawuf itu ke siapa? “Yang dibebaskan adalah kaum mustad’fin dan pemikiran yang jumud,” jelas pengarang buku best seller Peradaban Sarung ini. 
 
Dalam pandangannya, itulah ciri khas tasawuf sebagai gerakan perlawanan pembebasan dan pembaharuan. Kebudayaan menurutnya biasa menjadi media bagi tasawuf untuk melakukan pembebasan tersebut. 
 
“Sehinga gerakan tasawuf lebih mudah diterima dibanding gerakan yang formalistik walaupun, kadang menimbulkan resistensi dengan kekuasaan,” tandasnya.
 
Sedangkan wakil dari Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah IV, Imam Mawardi, mengetengahkan tentang pentingnya menjaga kehalalan kepada anak-anak. 
 
“Karena itu akan berpengaruh terhadap kesuksesan anak-anak kita di kemudian hari,” tegasnya. 
 
Imam Mawardi juga menjekaskan tentang pentingnya adab seperti dalam pemakaian adab pada kitab Bidayatul Hidayah atau pemakaian asrar yang dalam kitab Ihya' Ulumuddin.
 
Lebh lanjut Imam menerangkan bahwa harus ada orang-orang ikhlas seperti Al- Fithrah yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menempuh pendidikannya. 
 
“Tanpa keterlibatan dari lembaga seperti Al-Fithrah ini, maka negara akan sulit untuk memenuhi kewajibannya terhadap rakyat untuk memperoleh pendidikan yang baik,” terangnya. 
 
Apalagi menurut lulusan Kanada ini, Al-Fithrah memiliki basis massa yang besar di kalangan penganut tarekat di Indonesia terutama di kalangan penganut Qadiriyah wa al-Naqsabandiyah.
 
Tampil sebagai wisudawan/i terbaik adalah Ikromul Fawaid, Qomaria, dan Erniyatul Hakkiyah. 
 
Hadir dalam rapat senat terbuka tersebut para habaib seperti Habib Ahmad Al-Kaf, Habib Ahmad Mustofa al-Haddar, Habib Abdurrahman bin Aqil, para kiai di Surabaya dan sekitarnya seperti KH Ahmad Imam Mawardi, KH Zainul Arif, serta para imam khususi Tarekat Qadiriyah wan Naqsabndiyah al-Uthmaniyah di Jawa Timur.
 
Editor: Ibnu Nawawi