Diktis

Pengembangan Alhurriyah Menuju Jurnal Terakreditasi Nasional

Rab, 26 Juni 2019 | 04:10 WIB

Pengembangan Alhurriyah Menuju Jurnal Terakreditasi Nasional

Tampilan Jurnal Alhurriyah versi elektronik.

Lemahnya kualitas tulisan ilmiah menjadi salah satu kendala yang dapat menghambat pertumbuhan serta produktivitaas lembaga keilmuan, lembaga penelitian atau para ahli dalam menerbitkan artikel-artikel. Hadirnya jurnal yang difasiliasi berbagai lembaga untuk mempublikasikan karya ilmiah dinilai penting karena sangat membantu ikut serta dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan. 
 
Penerbitan jurnal ditujukan untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitian dan informasi lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Tidak terkecuali jurnal Alhurriyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, di Sumatera Barat. 
 
Jurnal Alhurriyah terbit berdasarkan Surat Keputusan Ketua STAIN Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi Nomor: Sti.04.1/KP.00.31/091/2005, tanggal 3 Mei 2005. Jurnal Alhurriyah merupakan media publikasi hasil penelitian dan kajian konseptual tentang tema-tema kajian hukum Islam. Jurnal ini terbit dua edisi dalam satu tahun ditujukan untuk kalangan pakar akademisi, praktisi, LSM, lembaga kajian, dan lembaga penelitian sosial keagamaan. Jurnal Alhurriyah bersifat terbuka. Artikel yang dikirim adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan melalui penerbitan mana pun. 
 
Terbit pertama kali tahun 2006 dan secara rutin diterbitkan sampai Vol. 15, No.2 Juli-Desember 2015 dalam versi cetak. Jurnal versi cetak ini sudah memiliki ISSN 1411-2647. Namun sejak tahun 2016, tampilan baik sampul maupun template penulisan berubah menyesuaikan perubahan sistem penerbitan menjadi Open Journal System (OJS). Dengan demikian, Jurnal Alhurriyah memiliki electronic ISSN (2549-4198) dan print ISSN yang baru (2549-3809). 
 
Jurnal Alhurriyah adalah satu dari beberapa jurnal ilmiah di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang mengalami beberapa kendala serius mulai dari pengelolaan, kualitas tulisan dan sosialisasi media atau e-journal. 
 
Melalui program pengembangan dan pembinaan jurnal Alhurriyah menuju jurnal terakreditasi nasional pada 2019 ini oleh Direktorat Jendral Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) RI diharapkan dapat merekontruksi keadaan Jurnal Alhuriyyah IAIN Bukittinggi ke arah yang lebih baik sehingga mampu berkontribusi penuh terhadap kualitas ilmu pengetahuan di Indonesia. 
 
Hal itu dilandasi penelitian oleh Muhammad Rezi berkat dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018, yang menggunakan metode analisis SWOT yaitu perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu spekulasi bisnis.  
 
Menurut Rezi, untuk membangkitkan harapan itu setidaknya ada empat tahapan yang harus diperhatikan pengelola, antara lain asesmen, workhsop penulisan, workshop pengelolaan, dan evaluasi kegiatan. 
 
"Program asesmen dan pemetaan potensi jurnal dilakukan dengan meneliti dan mengungkap potensi kelemahan dan kekuatan dengan analisis SWOT dan kemudian mengusahakan pengembangan jurnal menuju jurnal akreditasi nasional," tulis Rezi dalam Laporan Akademiknya.
 
Selanjutnya, workshop penulisan jurnal ilmiah bagi para dosen dan peneliti IAIN Bukittinggi yaitu dengan memberikan pembekalan tentang tekhnik dan aturan menulis karya ilmiah berdasarkan standar akreditasi nasional dan internasional.
 
Sementara workshop pengelolaan kata Ruzi, dapat diiringi dengan program pendampingan dengan beberapa jurnal nasional ternama. Workshop tersebut memberikan bekal bagi pengelola seperti jaringan redaktur, tim redaksi dan pelaksana dalam tugas pokok mereka menyajikan jurnal yang bermutu.
 
Terkahir, evaluasi dan monitoring. Kegiatan ini merupakan siklus kegiatan akhir dalam setiap program dan workshop diadakan evaluasi dan monitoring untuk mendapatkan hasil program yang memadai. (Abdul Rahman Ahdori/Kendi Setiawan)