Opini

Kenaikan Harga BBM, Iwan Fals dan Galang Rambu Anarki yang Masih Relevan

Sen, 5 September 2022 | 03:45 WIB

Kenaikan Harga BBM, Iwan Fals dan Galang Rambu Anarki yang Masih Relevan

Ilustrasi: Sejumlah pengendara sepeda motor antre mengisi BBM. (Foto: NU Online/Suwitno)

Galang Rambu Anarki ingatlah
Tangisan pertamamu ditandai BBM membumbung tinggi


Bbm naik tinggi
Susu tak terbeli
Orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi


Begitulah penggalan lagu yang diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh Iwan Fals, Musisi Legendaris Tanah Air, berjudul Galang Rambu Anarki.


Seolah-olah, Iwan Fals secara tiba-tiba hadir menyapa pendengar setianya, penikmat lagu-lagunya, manakala Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Sabtu (3/9/2022).


Sebagaimana diketahui, harga BBM justru melonjak tajam pada saat harga minyak dunia sedang merosot. Dalih pemerintah, itu tidak bisa menjadi patokan untuk waktu jangka panjang. Sementara kala harga minyak dunia naik, justru harga BBM dalam negeri juga ikut-ikutan.


Sebagaimana diketahui, harga BBM untuk jenis Pertalite yang semula seharga Rp7.650 menjadi Rp10.000, Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500, dan solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800. Perubahan harga yang signifikan ini terjadi hanya dalam kurun waktu lima bulan, yakni dari 1 April 2022 lalu.


Tentu saja Galang Rambu Anarki tidak ujug-ujug mengalun dengan sendirinya di telinga. Per Sabtu lalu, lagu yang diciptakan musisi bernama lengkap Virgiawan Listanto ini menemukan momen yang tidak berbeda dengan mula penciptaannya. Artinya, lagu itu masih sangat relevan sampai hari ini. Padahal, lagu tersebut sudah tercipta sejak lebih 4 dasawarsa lalu. Ya, lagu ini tercipta setelah kelahiran putranya tepat pada awal tahun baru 1982. Bahkan, namanya juga diabadikan menjadi judul lagu tersebut. Hal ini tergambar pada bait pertama lagu tersebut.


Galang Rambu Anarki anakku
Lahir awal Januari menjelang pemilu
Galang rambu anarki dengarlah
Terompet tahun baru menyambutmu


Memang, tiga hari selepas lahirnya Galang, tepatnya pada tanggal 4 Januari 1982, BBM naik lebih dari 50 persen. Ini terjadi setelah hampir dua tahun kenaikan sebelumnya, yakni pada 1 Mei 1980.


Sebagaimana dilansir dari tulisan Konik Sejarah Kenaikan Harga BBM Mulai Presiden Sukarno hingga Jokowi,  premium naik dari Rp150 menjadi Rp240 dan solar dari Rp52,5 menjadi Rp85.


Di masa-masa itu, kenaikan harga BBM tentu membuat masyarakat demikian menderita. Hal itu dideskripsikan betul oleh Iwan Fals dalam lagu tersebut mewakili keresahan masyarakat. Iwan Fals mengungkapkannya dengan ketidakmampuannya membeli susu untuk Galang hingga kemungkinan yang akan terjadi, kurang gizi.


Maafkan kedua orang tuamu
Kalau tak mampu beli susu
Bbm naik tinggi
Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi


Meskipun ia memohon maaf atas ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan dasar bayi, Iwan Fals sebagai orang tua tetap menggantungkan harapan pada putranya itu agar dapat menghadapi kerasnya dunia.


Galang Rambu Anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu


Namun, Galang yang begitu diharapkan Iwan Fals meninggal dunia pada 25 April 1997. Sosoknya di masa itu sudah menjelma menjadi musisi mengikuti langkah ayahanya dengan menjadi seorang gitaris pada grup band yang dibentuk bersama teman-temannya.


Lagu-lagu Iwan Fals memang banyak menggambarkan tentang penderitaan rakyat dan kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Ada lagu Desa yang menggambarkan peningkatan urbanisasi akibat ketiadaan lapangan pekerjaan di desa. Ada pula lagu Oemar Bakri yang mendeskripsikan tentang guru yang masih belum sejahtera meski telah banyak melahirkan murid yang berhasil.


Lagu Iwan Fals juga ada yang membahas persoalan korupsi yang begitu mengakar di Bumi Pertiwi digambarkannya dalam lagu Tikus-tikus Kantor. Penderitaan rakyat juga diceritakannya dalam lagu berjudul Bongkar.


Syakir NF, redaktur NU Online.