Nasional

Lembaga Perekenomian NU: Penyaluran Subsidi BBM Agar Tepat Sasaran

Kam, 25 Agustus 2022 | 21:30 WIB

Lembaga Perekenomian NU: Penyaluran Subsidi BBM Agar Tepat Sasaran

Seorang petugas SPBU sedang menuangkan BBM ke kendaraan. (Foto: Dok. Sekretariat Kabinet)

Jakarta, NU Online
Pemerintah merencanakan skema kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Salah satunya yakni harga BBM Pertalite. Saat ini, Pertalite dibanderol Rp7.650 per liter dan diisukan naik menjadi Rp10.000 per liter.


Kenaikan harga BBM disebut-sebut lantaran membengkaknya beban anggaran subsidi energi tahun 2022 yang mencapai Rp 502 triliun.


Menanggapi itu, pengurus Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), Amrullah Hakim, menilai bahwa selain konsumsi BBM yang meningkat sebab kian terbukanya kembali mobilitas masyarakat, penyaluran BBM subsidi juga dianggap tidak tepat sasaran.


“Subsidi kita terlalu umum, sasarannya menjadi tidak tepat,” ungkap Amrullah kepada NU Online, Kamis (25/8/2022).


Ia menilai, pemerintah seharusnya bisa membatasi konsumsi BBM, utamanya yang memakan subsidi besar seperti Pertalite. Skema yang bisa digunakan, lanjut dia, yakni dengan mengatur pemakaian Pertalite hanya untuk kendaraan motor dan mobil dengan mesin berkubikasi kecil.


“Kita harus memberhentikan mobil di atas 1500cc memakai Pertamina. Juga pembatasan pembelian Pertalite, misal hanya khusus untuk motor, mobil plat kuning, dan mobil di bawah 1200cc,” paparnya.


Lebih lanjut, ia juga mendorong pemerintah untuk membenahi sistem transportasi publik. Perbaikan transportasi umum dinilainya sebagai salah satu strategi ampuh terkait pengendalian konsumsi BBM.


Tujuannya, kata dia, untuk menarik minat masyarakat menggunakan transportasi umum daripada transportasi pribadi sehingga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.


“Mari kita pindahkan cara orang bergerak menjadi ke transportasi publik,” terang Praktisi Minyak dan Gas (Migas) itu.


Efisiensi energi
Amrullah mengatakan, penghematan atau efisiensi penggunaan energi bisa dimulai dari diri sendiri. Hal ini juga akan mendorong penghematan subsidi.


“Sebagai rakyat juga harus irit dan efisien. Contoh kecil, kita kadang di warung, mengambil tissue banyak sekali. Padahal sebenarnya satu lembar tissue saja cukup,” tuturnya.


“Di rumah juga begitu. Sebaiknya lampu menyala hanya pada saat yang diperlukan. Tidak seluruh ruangan menyala lampunya. Jika sudah Subuh, dimatikan saja. Pergi jika dekat, jangan naik motor, naik sepeda atau jalan kaki saja. Jauh lebih hemat,” tambahnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori