Fragmen

Cerita Kedisiplinan Waktu Kiai Sahal

Kam, 1 Maret 2018 | 13:30 WIB

Salah satu kiai Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki tingkat kedisiplinan waktu yang tinggi adalah KH MA Sahal Mahfudh. Dalam hal ini, Kiai Sahal betul-betul mengamalkan maqalah Arab yang mengatakan bahwa waktu itu seperti pedang, jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan memotongmu. Oleh sebab itu, Kiai Sahal sangat hati-hati dan disiplin ketika sudah menyangkut urusan waktu. Bukan hanya dalam acara-acara besar, Kiai Sahal juga sangat disiplin waktu dalam urusan-urusan yang kelihatannya ‘sepele’ bagi kita.

Dalam buku Belajar dari Kiai Sahal, seorang santri yang juga kerabat Kiai Sahal, KH A Khoirzad Maddah menceritakan tentang kedisiplinan waktu yang dipraktikkan oleh Kiai Sahal.

Dikisahkan bahwa ketika hendak pergi untuk urusan tertentu, Nyai Nafisah –istri Kiai Sahal- berpesan kepada santri ndalem untuk mempersiapkan makan siang untuk Kiai Sahal sebelum pukul 11 siang. Karena pada hari itu Kiai Sahal akan makan siang pada pukul 11. Pada saat jam sudah menunjukkan pukul 11 tepat, Kiai Sahal menuju dapur namun ia tidak mendapati makanan apapun. Kemudian, ia balik lagi ke kamarnya dan tidak jadi makan siang.

Sore harinya, Nyai Nafisah datang dan segera mengetahui bahwa Kiai Sahal tidak makan siang. Nyai Nafisah langsung bertanya kepada santrinya yang bertugas menyiapkan makan siang tersebut. Setelah diajukan beberapa pertanyaan, santri tersebut mengaku baru menyiapkan makan siang untuk Kiai Sahal pukul 11 lebih beberapa menit saja.    

Masih dari sumber yang sama, Kiai Sahal juga menerapkan disiplin waktu yang tinggi ketika mengajar. Pernah suatu ketika Kiai Sahal masuk ke suatu kelas di Perguruan Islam Mathali’ul Falah padahal di kelas tersebut masih ada ustadz yang mengajar pada jam pelajaran sebelumnya. Iya, Kiai Sahal masuk ke kelas tersebut tepat setelah lonceng tanda pergantian jam pelajaran berbunyi, sementara ustadz tersebut belum keluar-keluar meski jam mengajarnya sudah habis. Mengetahui Kiai Sahal sudah ada di dalam kelas, ustadz tersebut langsung buru-buru keluar kelas.

Dokter pribadi Kiai Sahal, Imron Rosyidi, juga mengakui akan kedisiplinan yang dilakukan Kiai Sahal. Ia menceritakan, Kiai Sahal selalu sudah siap dengan baju rapi minimal 15 menit sebelum jadwal keberangkatannya.

“Urusan tamu, Kiai Sahal juga memberikan jadwal tepat dan jelas sampai pada ukuran menit, dan jangan harap akan diterima kalau tamu tidak sesuai dengan waktu yang sudah diberikan,” tulisnya di akun Facebooknya Imron Rosyidi, Jumat 8 Desember tahun lalu. 

Kedisiplinan waktu Kiai Sahal juga saya alami sendiri. Tepatnya pada saat acara Musalsal –pemberian suatu sanad tertentu kepada siswa tingkat akhir Perguruan Islam Mathali’ul Falah- pada 2010 silam. Masih segar dalam ingatan bahwa pada waktu itu Kiai Sahal tiba di tempat acara tepat pada saat acara hendak dimulai. Pun ketika acara sudah selesai, ia langsung meninggalkan tempat acara untuk melanjutkan aktifitas lainnya. Bahkan, tampak beberapa kali Kiai Sahal melihat jam tangannya ketika acara hendak berakhir. (A Muchlishon Rochmat)