Fragmen

Dua Wakil dari Sala di Kepengurusan PBNU Tahun 1936

Sel, 18 Februari 2020 | 22:00 WIB

Dua Wakil dari Sala di Kepengurusan PBNU Tahun 1936

Logo resmi Nahdlatul Ulama

Pada Majalah Berita Nahdlatoel Oelama' (BNO) edisi (tanggal) 15 April 1936, memuat beberapa artikel yang menerangkan berbagai hal yang penting untuk diwartakan di masa itu. Antara lain undangan acara Congres (Muktamar) ke-XI di Banjarmasin. Kemudian verslag (laporan) perkembangan NU di daerah Jember, Pasuruan, dan Bangil.

Selain berita-berita tersebut, di halaman pertama B.N.O edisi ini juga memuat ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri 1354 H dari Hoofd-Bestuur Nahdlatoel Oelama' (H.B.N.O). Setelah ucapan selamat yang kurang lebih berisi ikrar saling memaafkan dan doa harapan agar dapat dipertemukan ke momen Hari Raya Idul Fitri tahun berikutnya tersebut, ditulis susunan pengurus H.B.N.O ( kini disebut PBNU), mulai dari bagian Syuriah hingga Tanfidziah.

Nama-nama yang tertulis di bagian Syuriah, antara lain KH Hasyim bin Asy'ari (Tebuireng), KH Ridwan bin Abdullah (Surabaya), KH Abdulwahab bin Chasbullah (Surabaya), KH Asnawi (Kudus), KH Ridwan (Semarang), KH Zuhdi (Pekalongan), KH Abbas (Cirebon), KH Ma'sum (Lasem), dan lain sebagainya.

Sedangkan di bagian Tanfidziyah, pada urutan pertama tertulis KH M Noer (Surabaya), menyusul berikutnya H.S. Samil (Surabaya), M. Iskandar (Malang), R. H. Moechtar (Banyumas), Mas Masna (Cirebon), Zainal Arifin (Mr. Cornelis / Jatinegara), dan masih banyak yang lainnya.

Para pengurus H.B.N.O tersebut, besar kemungkinan merupakan hasil dari Muktamar NU yang diselenggarakan setahun sebelumnya, 1935, di Kota Sala. Muktamar yang diselenggarakan di wilayah Kasunanan Surakarta itu, juga kemudian memungkinkan untuk memperkenalkan para tokoh NU setempat.

Nama-nama seperti KH Masyhud, KH Abu Amar, KH R Moh Adnan, KH Dimyati Abdulkarim bahkan dilibatkan langsung untuk memimpin di beberapa forum rapat di Muktamar ke-X. Dua nama terakhir yang disebutkan, Kiai Adnan dan Kiai Dimyati, kemudian ditarik dan bersedia untuk masuk menjadi pengurus H.B.N.O.

Kedua tokoh ulama ini kebetulan sama-sama pernah nyantri kepada Kiai Dimyati di Tremas Pacitan. Sebelumnya, Kiai Dimyati Tremas, juga telah menyatakan dukungannya kepada NU.  Maka, sudah sepantasnyalah mereka juga ndherek lampah sang guru untuk berkhidmat dan berjuang di NU.

Keduanya juga sama-sama banyak bergelut di bidang pendidikan. Kiai Adnan, yang merupakan putra Tapsir Anom V, pada tahun 1928 mendirikan Madrasah Mardi Busana (Asasut Ta'mir) Tegalsari Laweyan. Di kemudian hari ia juga ikut merintis berdirinya UII Yogyakarta dan menjadi rektor pertama PTAIN Yogyakarta (kini UIN Sunan Kalijaga). Sedangkan Kiai Dimyati menjadi pengasuh Madrasah Salafiyah yang terletak di depan Keraton Mangkunegaran.

Kini, keduanya telah wafat dan dikebumikan di satu areal pemakaman di Makamhaji. Di kompleks pemakaman tersebut, juga terdapat makam para tokoh pejuang dan ulama dari Surakarta dan sekitarnya. Lahumu al fatihah!

Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Abdullah Alawi