Fragmen

Kunjungan Ketua HBNO ke Cirebon Tahun 1937

Kam, 26 Juli 2018 | 05:40 WIB

Seorang Ketua Umum PBNU, selain harus berwawasan luas dalam bidang ilmu agama dan umum, paham organisasi, sepertinya harus memiliki ketahanan fisik yang tangguh. Pasalnya ia harus sering bepergian ke daerah-daerah. 

KH Abdurrahman Wahid adalah salah satu contoh dari kriteria seperti itu. Ia dikenal memiliki persahabatan dengan banyak kiai di daerah, nasional, hingga internasional.

Jauh sebelumnya, pada awal NU berdiri, KH Wahab Hasbullah adalah contoh terbaik tentang hal itu. KH Saifuddin Zuhri mendeskripsikan bahwa Kiai Wahab memperkenalkan NU dari surau ke surau hingga dikenal banyak kalangan. KH Mustofa Bisri, mengibaratkan, kiai semacam itu sebagai kiai unta, bukan kiai yang ingin didatangi orang. 

Ketangguhan semacam itu, selanjutnya dimiliki KH Mahfudz Shiddiq yang dikader langsung KH Wahab Hasbullah. Kiai Mahfudzh selain mengelola media NU, Berita Nahldatoel Oelama, ia bepergian ke daerah-daerah di Jawa, Kalimanatan hingga Jepang. 

Tokoh NU di Borneo (Kalimantan) Syekh Kasyful Anwar pernah meminta Kiai Mahfudzh untuk tinggal barang sebulan untuk mengkader pemuda-pemuda NU. Namun, tidak diketahui apakah Kiai Mahfudzh memenuhi permintaannya.

Jejak kiai kelahiran Jember tersebut, pada 18 September 1937, datang ke Cirebon atas nama Ketua Hoopdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO, sekarang PBNU) dengan menggunakan kereta api. Ia dijemput pengurus dan anggota NU, Kiai Abu Khair dan Subakir. Kemudian mereka menuju kantor cabang NU Cirebon yang sederhana.

Setelah bertemu dengan beberapa pengurus NU di kantor itu, selepas isya, mereka berangkat ke Ciledug untuk menghadiri openlucht vergadering NU Ciledug di alun-alun kewedanaan yang cukup luas. Di situ hadir sekitar 6-7 ribu orang terdiri laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dan perempuan dibatasi dengan dinding. 

Pada pagi hari ketua HBNO kembali ke Cirebon mengunjungi ovenbaar vargadering di Taman Siswa yang dihadiri 3-4 ratus orang laki-laki. Pada sore harinya, ia berangkat ke Gebang untuk menghadiri openbaar vergedering, terutama untuk menganjurkan untuk memperbaiki nasib ekonominya. Kegiatan itu dihadiri sekitar seribu orang laki-laki dan perempuan. 

Pada pagi harinya lagi, ketua HBNO kembali lagi ke Cirebon. Malam Selasa ke Plered mengunjungi opnebaar vergadering yang dihadiri kurang lebih 5-6 ratus laki-laki. Selasa sore menghadiri rapat kaum ibu NU di Cirebon. Di acara itu, ia berbicara di hadapan 150 kaum yang di antaranya adalah ibu-ibu kaum syarifah (habaib).

Pada malam Rabu, Ketua HBNO mengadakan pertemuan dengan para pengurus NU Cirebon untuk membicarakan persoalan-persoalan organisasi. (Abdullah Alawi)