Fragmen

Tokoh-tokoh NU yang Lahir dan Wafat di Bulan April

Kam, 9 April 2020 | 22:33 WIB

Tokoh-tokoh NU yang Lahir dan Wafat di Bulan April

Pada bulan April ada beberapa tokoh NU lahir dan ada yang wafat

Ada beberapa tokoh NU yang lahir dan wafat di bulan April. Selama hidupnya, mereka berkiprah melalui NU demi dua hal, yaitu agama (Islam Ahlussunah wal Jamaah) dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab bagi NU, membela agama dan negara adalah bagian dari jihad sebagaimana telah dipraktikkan pada masa penjajahan. Tak heran kemudian dari NU lahir Resolusi Jihad. 

Namun, dalam catatan ini sangat mungkin ada tokoh NU yang luput. Apalagi jika tokoh-tokoh daerah masuk dalam hitungan. Tiada tercatat bukan berarti mengecilkan atau menapikan peran mereka, melainkan keterbatasan informasi. 

Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang tercatat di Ensiklopedia NU. Berikut ini beberapa tokoh yang lahir dan wafat di bulan April. 

Pada 4 April 1937 AGH Sanusi Baco lahir. Ia merupakan salah seorang tokoh NU yang lahir dari Indonesia timur, yakni dari Sulawesi Selatan. Ia tak hanya dikenal di tingkat lokal, tapi juga nasional. 

Pada masa mudanya, ia menjadi salah seorang sahabat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam perjalanan saat sama-sama menuntut ilmu di Timur Tengah. Kini, selain disepuhkan di NU Sulawesi, ia juga merupakan salah seorang penasihat atau Mustasyar PBNU.      

Pada 10 April, tokoh NU dari Indonesia timur juga wafat, yakni H Muhyidin Arubusman. Ia lahir pada bulan April juga, yakni tanggal 24 tahun1951, di Ende, Nusa Tenggara Timur. Bang Muhsyidin, begitu ia disapa, pernah menjadi Sekretaris Jenderal PBNU periode 1999-2004 mendampingi Ketua Umum KH Hasyim Muzadi.   

Pada masa mudanya ia merupakan seorang aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sampai menjadi ketua umum pada tahun 1981-1985, sebuah organisasi yang lahir di bulan April juga.   

Pada 19 April 1953, KH Abdul Wahid Hasyim, ayahanda KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), putera Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari wafat. Kiai Wahid meninggal dunia pada usia 39 tahun setelah mengalami kecelakaan di Bandung saat hendak menghadiri pertemuan NU di Sumedang, Jawa Barat.  

Kiai Wahid merupakan salah seorang tokoh NU yang turut serta dalam perumusan dasar-dasar negara republik Indonesia, yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Ia pernah menjadi menteri agama tiga periode yakni pada Kabinet Hatta (1949-1950), Kabinet Natsir (1950-1951), dan Kabinet Sukiman (1951-1952). Atas jasa-jasanya, ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional setelah wafatnya.

Pada 25 April 1980 salah seorang pendiri NU dan pejuang kemerdekaan, KH Bisri Syansuri tutup usia pada usia 94 tahun. Saat wafat, masih mengemban sebagai Rais Aam PBNU ketiga setelah KH Abdul Wahab Chasbullah dan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Ia mengemban amanah itu sejak wafat Kiai Wahab pada tahun 1971. 

Ia dikenal sebagai ahli fiqih yang ketat, memiliki pola hidup yang sederhan, serta perintis pesantren perempuan.    

Selain itu, ada peristiwa-perpistiwa penting NU di bulan ini, yakni, pada 6 April merupakan harlah salah satu lembaga NU, yakni Lembaga Kajian dan Pengambangan Sumber Daya Manusia atau dikenal dengan Lakpesdam NU. 

Pada 14-16 April 1960, para pemuda dan mahasiswa NU mengadakan musyawarah di Sekolah Mu’allimat NU Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, untuk merumuskan organisasi mahasiswa di kalangan NU. Pada 17 April 1960 hasil musyawarah anak muda NU berhasil melahirkan sebuah organisasi bernama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). 

Pada 24 April harlah Gerakan Pemuda Ansor dan Fatayat NU.  GP Ansor lahir pada 10 Muharam 1353 H bertepatan dengan 24 April 1934 pada muktamar NU di Banyuwangi. Usia organisasi ini dihitung sejak lahirnya Ansor Nahdltoel Oelama (ANO).
 
Ansor berasal dari bahasa Arab, artinya penolong, yang diusulkan KH Abdul Wahab Chasbullah, salah seorang pendiri NU. Fatayat berasal dari bahasa Arab, artinya pemudi. Organisasi ini lahir pada 7 Rajab 1369 H bertepatan dengan 24 April 1950. 

Organisasi ini dimulai ketika NU menyelenggarakan muktamar NU ke-15 di Surabaya. Waktu itu, para pemudi NU turut serta bergabung dengan para ibu NU yang telah berhasil mendirikan organisasi, Nahdlatul Ulama Muslimat atau sekarang dikenal sebagai Muslimat NU.

Penulis: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad