Hikmah

Belajar dari Kesabaran dan Keteguhan Para Rasul

Rab, 25 Mei 2022 | 19:00 WIB

Belajar dari Kesabaran dan Keteguhan Para Rasul

Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Perjuangan para Nabi dan Rasul penuh dengan keutamaan dari satu rasul dengan rasul lainnya. Ada di antara mereka Rasul yang gigih dalam berjuang dan melaksanakan dakwah meskipun pengikutnya sangat sedikit, misalnya Nabi Nuh. Ada Rasul yang demikian sabar sehingga kesabarannya itu demikian luar biasa, seperti Nabi Ayyub. Ada juga Rasul yang sangat kasih terhadap sesamanya sehingga dirinya sendiri hidup dalam kesederhanaan yang sangat.


KH Zakky Mubarak (2022) menerangkan bahwa Nabi Nuh berjuang dan berdakwah selama bertahun-tahun, namun pengikutnya tidak seimbang. Selama kurang lebih dari 950 tahun berjuang dan berdakwah pengikut beliau hanya kurang dari seratus orang.


Hal itu berbanding terbalik dengan Nabi Sulaiman dengan perjuangannya yang tidak begitu berat, karena ia mewarisi kerajaan ayahandanya Daud pengikutnya mencapai jumlah yang sangat banyak. Kerajaan Sulaiman meliputi berbagai negara, bahkan bala tentaranya terdiri dari bangsa jin, burung dan manusia. Nabi Nuh meskipun pengikutnya berjumlah sedikit, karena pengorbanan dan perjuangannya sangat berat, maka dibalas dengan pahala yang seimbang, di antaranya memperoleh gelar Ulil Azmi.


Rasul lain yang mendapat gelar Ulil Azmi ialah Nabi Muhammad saw. Dari sisi dakwah, Nabi Muhammad tentu saja tidak hanya berhasil, tetapi juga merupakan Rasul dengan pengikut terbanyak. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad terutama karena kesabaran, keteguhan, akhlak baik, dan sifat rahmah.


Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan dalam bukunya Secercah Tinta (2012) mengungkapkan tiga penopang keberhasilan dakwah Nabi Muhammad yang dinukil dari sebuah ayat Al-Qur’an:


لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ 


Artinya, “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At-Taubah: 128)


Dari ayat di atas, Allah memperkenalkan dan menerangkan kedudukan Nabi Muhammad. Telah datang Rasul, utusan yang berasal dari manusia, bukan dari makhluk lain. Utusan Allah dari golongan manusia menunjukkan bahwa Muhammad bukanlah manusia sembarangan. Beliau adalah manusia pilihan yang luar biasa.


Lalu apa luar biasa atau keistimewaan yang dimiliki oleh Rasulullah? Pertanyaan ini terjawab dalam beberapa kalimat selanjutnya. Pertama, azizun ‘alaih ma’anittum (berat terasa olehnya penderitaanmu). Karena sepanjang hayatnya, terutama yang dipikirkan oleh Nabi Muhammad adalah umatnya. Ia sama sekali tidak menginginkan umatnya menderita di hari kemudian.


Bahkan, beberapa riwayat menyebutkan ketika Malaikat Izrail mendatangi Nabi Muhammad untuk mencabut nyawanya. Tentu saja perintah Allah tersebut terasa berat bagi Izrail untuk mencabut manusia yang paling dicintai Allah SWT. Di dalam obrolan sebelum mencabut nyawa Sang Nabi, Izrail memberikan kabar gembira tentang kesempurnaan dan kenikmatan surga bagi Rasulullah SAW.


Bukan malah bergembira, Nabi Muhammad justru teramat sedih dan menderita sehingga membuat Izrail bertanya-tanya. Nabi Muhammad berkata, “Lalu, bagaimana dengan umatku?” Pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa Nabi tidak akan pernah membiarkan umatnya menderita meski merekalah yang membuat sengsara dirinya sendiri. Kondisi ini membuat berat terasa oleh Nabi Muhammad atas penderitaan umatnya.


Kedua, harishun ‘alaikum (sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu). Ini merupakan ungkapan cinta, kasih sayang sekaligus harapan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.


Ketiga, bil mu’minina raufur rahim (amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin). Beliau memiliki rasa kasih sayang teramat mendalam pada kaum beriman. (Fathoni)