Internasional

Cerita Nahdliyin Berpuasa Ramadhan Perdana di China

NU Online  ·  Kamis, 9 Mei 2019 | 08:45 WIB

Jakarta, NU Online
China. Tak pernah terbayangkan di benaknya bakal berpuasa di negeri Tirai Bambu itu. Tapi hal tersebut nyata hadir di kehidupannya di tahun ke-1440 selepas Nabi Muhammad Hijrah ke Kota Madinah. 

Nun jauh di bagian utara daerah kelahirannya, Cianjur, Jawa Barat, Sarah Hajar Mahmudah bakal menjalankan puasa pertama di luar negeri. Puasa pertama juga bagi sosok yang kini sudah berstatus istri itu.

Dua jam lebih lama dari durasi puasa Indonesia dalam perkiraannya bakal berat. Ya, 16 jam tentu saja bukan waktu yang sebentar untuk kembali menyentuh makanan dan minuman. Terlebih situasi dan kondisi memaksanya banyak berjalan kaki.

Selain bagian dari budaya masyarakat di sana, jalan kaki juga wajib baginya karena tak banyak bus yang dapat mengantarkannya langsung ke tempat tujuan.

“Jarang pakai kendaraan seperti bis. Seperti kalau belanja, ke kampus, dan ke tempat lainnya jalan kaki. Karena jarang bis yang langsung sampai di tujuan kita,” ceritanya kepada NU Online pada Rabu (8/5). “Dan gak ada ojek daring,” imbuhnya.

Meskipun demikian, bayangan tersebut ternyata hanya kekhawatirannya belaka. Sarah menjalaninya biasa sebagaimana di tanah air. “Kalau dijalanin mudah-mudah aja,” ungkap perempuan yang pernah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat itu.

Puasa yang tengah ia jalani saat ini akan semakin lama saban harinya. Pasalnya, Cina kini sudah memasuki musim panas. Waktu siang lebih lama ketimbang malam. Meskipun demikian, Chongqing, kota yang Sarah diami bersama suaminya saat ini, merupakan kota hujan layaknya Bogor di Indonesia.

“Jadi suhunya cukup sejuk, dan gak bikin gampang dehidrasi pas puasa. Walaupun di sini harus banyak jalan kaki,” katanya. (Syakir NF/Muchlishon)