Internasional

Cuaca Ekstrem Melanda, Jutaan Warga Tiongkok Hadapi Terjangan Topan Muifa

Sab, 17 September 2022 | 14:00 WIB

Cuaca Ekstrem Melanda, Jutaan Warga Tiongkok Hadapi Terjangan Topan Muifa

Banjir dampak terjangan topan Muifa di Provinsi Zhejiang, Tiongkok. (Foto: Global Times China)

Jakarta, NU Online
Akhir-akhir ini, cuaca ekstrem melanda sejumlah negara, termasuk Tiongkok. Negara dengan jumlah pendudukan terbanyak di dunia itu kini telah bersiap menghadapi hantaman topan Muifa.


Harian Tiongkok yang dikelola pemerintah, Global Times, melaporkan bahwa lebih dari 1 juta pendudukan dari Shanghai dan Zejiang telah direlokasi ke wilayah timur Tiongkok. Sebanyak 395.000 warga dari Shanghai dan 838.000 warga dari Zejiang. Jumlah tersebut belum termasuk dari Provinsi Jiangsu dan Shandong.


China Meteorological Administration (CMA) atau Badan Meteorologi Tiongkok yang bekerja sama dengan Kementerian Sumber Daya Air dan Kementerian Sumber Daya Alam menaikkan kondisi ke darurat level 3. Topan Muifa akan menyebabkan banjir dan badai yang hebat.


Sejak Rabu (14/9/2022), pemerintah telah menyiagakan kondisi tersebut karena diprediksi, topan Muifa mengantam pada Kamis (15/9/2022). Prediksi tersebut benar sehingga pemerintah dan masyaralat dapat mengantisipasinya dengan baik.


Tiongkok menggunakan sistem peringatan cuaca berkode warna dan dua titik ke warna oranye yaitu peringatan tingkat tertinggi kedua.


Pihak berwenang di beberapa provinsi timur dan kota pelabuhan telah sepenuhnya memobilisasi sumber daya dan tindakan darurat mereka, termasuk menutup galangan kapal, saluran air dan jalur kereta api. Beberapa sekolah juga telah ditutup.


Di Shanghai, sekitar 50 persen penerbangan, dengan total 589 penerbangan, di dua bandaranya dibatalkan pada hari Rabu karena topan yang mendekat.


Pusat Meteorologi Nasional Tiongkok melaporkan bahwa Topan Muifa bergerak secara maksimum dari Provinsi Jiangsu. Disertai dengan badai siklon tropis, topan tersebut bergerak dengan tekanan maksimal dari arah utara ke selatan sehingga warga banyak direlokasi ke arah timur.


Sebelumnya, banjir dahsyat karena perubahan iklim dan cuaca ekstrem juga terjadi di Pakistan. Lebih dari 30 juta warga Pakistan terdampak bajir maut tersebut.


Menurut Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim PBNU (LPBI PBNU), M. Ali Yusuf, sejumlah bencana alam dahsyat merupakan kondisi di mana dampak perubahan iklim semakin nyata.


“Tentu ini menjadi peringatan semua pihak di semua negara bahwa dampak perubahan iklim sudah nyata terjadi,” ujar Ali Yusuf kepada NU Online akhir Agustus lalu.


Bencana disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang lemah dan dipicu oleh perubahan iklim. Ancaman tersebut dapat dicegah melalui upaya dan langkah konkret yang dilakukan oleh semua pihak atau stakeholder.


“Mulai dari peningkatan kesadaran, penguatan kapasitas dan aksi-aksi konkret semua pihak yang akan mampu mencegah atau paling tidak meredam besarnya potensi ancaman dan potensi dampak yang akan muncul,” terang Ali Yusuf.


Ali menandaskan, seluruh pengambil kebijakan juga harus memperkuat upaya kesiapsiagaannya untuk menghadapi ancaman bencana alam. Misal melalui upaya yang sistemik dan partisipatif dengan cara mengembangkan sistem peringatan dini berbasis komunitas.


Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Musthofa Asrori