Internasional RAMADHAN DI LUAR NEGERI

Dakwah Ramadhan di Belgia

Sel, 4 Juni 2019 | 10:00 WIB

Setelah safari dakwah Ramadhan saya di Belanda dan Bremen, Jerman, perjalanan dakwah berikutnya di Brussels Belgia, pada Sabtu, 20 Ramadhan 1440 bertepatan dengan 25 Mei 2019.

Perjalanan ke Brussels Belgia, dari tempat saya tinggal selama di Belanda, Den Haag menggunakan Flixbus. Dari rumah Masjid Al-Hikmah PS Indonesia Den Haag yang terletak di Heeswijkplein 170, saya jalan kaki sekitar 190 meter ke halte Heeswijkplein untuk naik tram nomor 16 menuju The Haque (Station Den Haag Centraal-Schedeldoekshaven). Turun di halte stasiun ini saya berjalan kaki sekitar 150 meter menuju halte tempat penumpang naik bis. 

Perjalanan naik bis menuju Brussels ini sekitar 3,5 jam, dari pukul 11.45 dan sampai di pemberhentian di Brussel- North Train Station sekitar pukul 15.15 CET.

Di pemberhentian bus ini, saya dijemput Mas Singgih, Ketua Tanfidziyah PCINU Belgia. Dengan menggunakan mobil pribadinya, sebelum diantar untuk mengisi pengajian di KBRI Brussels, terlebih dahulu saya diajak jalan-jalan di Brussels, melihat-lihat landmark dan ikon kota ini. 

Brussels adalah sebuah region yang membentuk negara Belgia, luasnya sekitar 32,61 kilometer persegi. Nama resmi region ini adalah  Brussels-Capital Region. Penduduknya menggunakan bilingual, bahasa Belanda dan Perancis. Jumlah penduduknya lebih dari satu juta. Belgia sendiri sebuah negara seluas 30,528 km2, berbatasan dengan Belanda, berpenduduk sekitar 11,35 juta (data 2017). 

Beberapa tempat yang kami datangi, yang menarik di antaranya Grand Palace atau  Grote Markt dan Atomium Belgium. Grand Palace atau Grote Markt adalah lapangan utama yang merupakan landmark Kota Brussel dikelilingi bangunan penting termasuk Brussels Town Hall dan Breadhouse (Broodhuis). Lapangan ini, dibangun pada abad ke-11, termasuk dalam UNESCO Wordl Heritage Site. Tidak jauh dari area ini ada ikon Brussels lainnya, bernama Mannekan Pis, yaitu air mancur dengan patung  perunggu dalam ukuran kecil, berbentuk anak lelaki telanjang yang sedang pipis, dibuat pada tahun 1619 M.

Atomium Belgium adalah sebuah museum berbentuk untaian atom, terletak di bagian utara Brussels. Bangunan ini dibangun tahun 1958, tinggi total 92 meter, dengan sembilan bola stainles steel yang masing-masing berdiameter 18 meter. Kesembilan bola tersebut dihubungkan oleh 12 pipa yang masing-masing berdiameter tiga meter. 

Dari tempat ini saya diajak singgah sebentar di rumah Mas Singgih di Lueven kota di Belgia Tengah sekitar 25 kilometer dari Brussels.

Saat di aula KBRI Brussels, saya menyampaikan ceramah, pengajian Ramadhan sekitar satu jam, sembari menanti buka bersama. Di momen yang bernilai ini, saya menyampaikan pentingnya kita melaksanakan perintah agama, berupa ajaran agar kita membaca. Membaca ini ajaran prinsip dalam Islam, perintah membaca adalah wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Saya mengingatkan kita semua, bahwa di antara kelemahan umat Islam, sebagaimana yang terjadi di Indonesia adalah belum menjalankan ajaran membaca ini dengan sebaik-baiknya. Umumnya masyarakat di tanah air masih senang dengan model pengajian atau tabligh akbar, dibandingkan dengan pengajian menggunakan buku panduan. Bahkan pengajian atau tablig ini diadakan berbulan-bulan, misalnya peringatan Maulid Nabi, dan Peringatan Isra' Mi'raj. 

Selain itu, umumnya kita belum terbiasa dengan budaya mencatat setiap poin-poin penting dari suatu pengajian.

Maka momen bulan Ramadhan, yang notabene bulan Nuzulul Qur'an, kita diingatkan agar sadar dengan urgensi membaca. Membaca ayat-ayat Quraniyah dan membaca ayat-ayat Kauniyyah (alam semesta).

Lebih dari itu, bahwa penting bagi kita bukan hanya sekedar membaca (alla qira'ah), tapi harus meningkatkan kualitas membaca kita dengan mengetahui arti, dan memahami kandungan dari ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca.  Sungguhpun membaca ayat-ayat Quran tanpa mengetahui arti dan maksudnya sudah dinilai ibadah (berpahala).

Oleh karena itu, membaca harus menjadi suatu budaya, kebiasaan dan gerakan kita bersama. Selain membaca, juga harus ada budaya dan gerakan menulis atau mencatat hal-hal penting yang bermanfaat. 

Saat ini, di era digital, era smartphone, era medsos, kita sejatinya sangat mudah untuk membuat catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang bermanfaat. Bila ini tidak digunakan dengan sebaik-baiknya justru menimbulkan madharat terhadap diri dan atau orang lain, misalnya hoaks, fitnah dan hate speech (ujaran kebencian), yang notabene qaul al-zûr wa'amal al-zûr (perkataan dan perbuatan kotor) tentu terlebih di bulan puasa Ramadhan, harus dihindarkan, agar puasanya bernilai ibadah. 

Maka bagi kita umat Islam, yang paling mendasar adalah membaca Surat Al-Fatihah, dengan mengetahui arti dan memahami kandungannya. Karena surat ini adalah induk Al-Qur'an, dan al-Sab' al-Mastânî, yakni tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang setiap shalat. Uraian rinci tentang Al-Fatihah telah disampaikan sebagaimana dalam pengajian-pengajian sebelumnya, di Belanda dan Bremen Jerman. Selain itu juga kita menggunakan momen Ramadhan mubarak ini untuk berdoa kebaikan.

Inilah beberapa poin penting yang saya sampaikan dalam kesempatan pengajian Ramadhan di Brussels Belgia bersama Keluarga Pengajian Muslim Indonesia (KPMI) Belgia. Acara ini dihadiri lebih kurang 109 orang, di antaranya Bapak Fahmi Jamaludin, selaku Ketua KPMI Belgia, dan Kiai Baktiar serta Mas Singgih (Rais dan Ketua PCINU Belgia), Bapak Dr. Umar (tokoh Alumnus Universitas Al-Azhar Mesir), dan Bpk Dr. Abas Yulheri (doktor di Vrije Universiteit Brussels). Juga hadir rekan saya, Inda Kartika dan Mbak Lathifatul Hasanah, keduanya student program doktor SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sedang studi untuk waktu 3 bulan di Belgia. 

Pengajian Ramadhan yang diadakan hari Sabtu, 20 Ramadhan 1440 yang bertepatan dengan 25 Mei 2019 ini disiarkan langsung live streaming melalui grup Fb KPMI Belgia oleh Admin, Bu LeLy N Tyar. Dokumentasi foto-foto acara ini juga dapat dilihat di grup Fb tersebut.

Sebelum bertolak kembali ke Den Haag Belanda, saya dengan diantar dan ditemani Bapak KH Muktar, Rais Syuriyah PCINU Belanda, menikmati pemandangan kota tua di Belgia, bernama Ghent.

Di kota tua ini, banyak sekali tempat wisata teratas, antara lain bangunan gereja Katedral, area Pasar Lama (Groentenmark), balai kota tua, museum dan benteng tua. 

Di sisi timur Sint-Baafsplein ada katedral tua, bernama Katedral St Bavo (Sint-Baafskatedraal), bangunan dari batu bata dan granit. Paduan suara Katedral Gothik Tinggi berasal dari abad ke-13, dan menara ghotik akhir dan utama dibangun abad ke-15 dan ke-16. 

Juga di sisi barat Sint-Baafsplein ada The Bhelfry, menara lonceng setinggi 91 meter, simbol kemerdekaan kota, yang dibangun tahun 1300 M. 

Selain itu ada Gravensteen, yaitu satu benteng terkuat di Eropa Barat Abad Pertengahan yang dibangun antara tahun 1180 dan 1200 M. Juga ada Balai Kota (Stadhuis), yang bagian tertua dibangun pada tahun 1482 M, yang terdiri dari beberapa bagian, yang hingga sekarang masih digunakan untuk ruang sidang, ruang pernikahan dan lainnya.

Semoga upaya kita untuk meningkatkan kualitas membaca kita, baik membaca ayat-ayat Quraniyah maupun ayat-ayat Kauniyyah, mendapatkan pertolongan dan ridha Allah Subahanu waTaala. Amin...

Masjid Al-Ikhlash Amsterdam Netherlands, Sabtu, 27 Ramadhan 1440/1 Juni 2019

Ustadz Ahmad Ali MD, Mubaligh/Dai, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU yang ditugaskan di Eropa.