Internasional JURNAL DAI RAMADHAN

Dari Dai NU di Macau: Selamat Idul Fitri!

Sab, 24 Juni 2017 | 14:01 WIB

Tak terasa hampir satu bulan saya melalui Ramadhan di Macau. Betapa saya pun merasakan kerinduan akan tanah air, terutama keluarga. Bagaimana dengan teman-teman BMI di Macau yang harus melalui waktu lebih lama, bisa bertahun-tahun berpisah dari keluarga di tanah air? Pastilah keriunduan itu lebih berat lagi. Akan tetapi hal itu tetap harus disyukuri.

"Ustad, mohon doanya. Besok saya mau mudik," pesan salah satu jamaah kepada saya.Ā 

Bisa mudik ke tanah air pada Idul Fitri, hanya bisa dilakukan oleh sedikit dari BMI di Macau. Tentu saja mayoritas dari mereka merayakan Idul Fitri di sini. Mereka Ā yang ingin pulang ke tanah air harus menunggu jatah libur, karena ada perjanjian kontrak yang harus dipenuhi.Ā 

Demikianlah salah satu perjuangan untuk memperoleh nafkah bagi keluarga di tanah air. Mbak Romlah asal Jombang, misalnya. Ia sudah sejak 2004 bekerja di Macau, membiayai adik-adiknya hingga menikah; dan sekarang sedang menyicil membangun rumah.Ā 

Idul Fitri serentak pada 1 Syawal. Namun tidak serentak bisa merasakan kehangatan berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga. Secara hakikat, kembali kepada fitri bukan suatu yang bisa diperoleh oleh semua orang. Namun, semua bisa berlebaran sebagaimana istilah yang akrab di Indonesia.
Ā 
Syawal berarti meningkat. Dengannya diharapkan ada peningkatan dalam aspek-aspek kehidupan kita. Kehidupan bukan hanya di dunia, karena sebagai orang yang beriman kehidupan itu satu kesatuan antara kehidupan dunia dan akhirat.Ā 
Jumat (23/6) siang, saya mengunjungi landmark kota, Macau Tower atau Tourre De Macau. Walau luas kotanya kecil, namun turis tak pernah berhenti mengunjunginya.Ā 

Macau Tower empat meter lebih tinggi dari Menara Eiffel di Paris. Dari atas kita bisa melihat secara utuh wajah kota yang dipenuhi oleh apartemen, hotel dan casino. Laut serta daratan Tiongkok seperti Zuhai juga dapat tertangkap mata. Tak ketinggalan gedung beton dan perbukitannya.

Saya termenung, saat kembali ke fitri sebetulnya Ā bukan menjadi seseorang yang merasa tinggi karena kembali suci. Orang yang membersihkan dan menyucikan diri justru semakin berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Karena kesucian bukan hanya berarti benar, namun juga baik. Tak cukup sampai situ, ia juga perlu bagus atau indah.
Ā 
Orang yang merasa tinggi akan mudah merendahkan dan meremehkan. Sesungguhnya Islam ialah agama yang memiliki nilai-nilai yang tinggi secara kualitas. Tetapi, ketinggian itu sejatinya tergambar dalam akhlak, bukan dalam penampakan lahiriyah saja apalagi perasaannya. Sebab tinggi hati atau sombong akan membuat seseorang justru terperosok dalam tindakan yang bodoh dan mengantar pada keburukan.

Untuk menaiki lift di Macau Tower, kita harus mengantri. Siang itu saya pergi bersama dengan Ustad Muhandis dan Mbak Romlah. Mbak Romlah yang sudah saya ceritakan sekilas di atas, juga sempat mendapat sepeda dari Pak Jokowi, saat Presiden RI itu mengunjungi Hong Kong beberapa waktu lalu.

"Bismillahirrahmanirrahim," bisik saya.Ā 

Lift melaju kencang ke atas meninggalkan permukaan bumi. Saat itu saya memikirkan, semakin suci seseorang, semakin tinggi pula derajatnya. Kesucian diri dijaga dan dipelihara, tanpa kenal batas waktu. Perjuangannya hingga akhir nafas. Itu sebabnya, menurut saya hari kemenangan bukanlan slogan yang tepat untuk mendeskripsikan Hari Raya Idul Fitri.

Salah satu sifat yang lahir dari kesucian kalbu ialah tawadhu. Dalam Shahih Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, "Tidaklah berkurang harta yang disedekahkan, tidaklah yang memaafkan melainkan bertambah kemuliaannya, dan tidaklah yang bertawadhu karena Allah kecuali Allah akan meninggikannya."
Ā 
Dalam kitab Al Minhaj Syarah Shahih Muslim juga disebutkan, ketinggian derajat bisa jadi diperolehnya di dunia serta di dalam pandangan manusia, bisa juga mengantarnya mendapat kedudukan yang tinggi di akhirat. Namun, dengan izin Allah ada juga yang keduanya diperoleh secara bersamaan.Ā 

Malam takbiran nanti saya dijadwalkan berada di Hong Kong. Tak lupa saya ucapkan ā€œSelamat Hari Raya Idul Fitriā€ dari ketinggian 338 meter di atas Macau Tower untuk masyarakat tanah air terutama keluarga di rumah.
Ā 
Minal Aidin Wal Faizin, Mohon maaf lahir dan bathin, tabbalallahu minna wa minkum kullu 'amin wa antum bi khair.

Saepuloh, anggota Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) LDNU yang ditugaskan ke Macau. Kegiatan ini bekerjasama dengan LAZISNU.