Internasional JURNAL DAI RAMADHAN

Di Italia, Berangkat Haji Tak Perlu Antre Menahun

Jum, 23 Juni 2017 | 07:00 WIB

Rukun Islam yang kelima adalah menunaikan ibadah haji jika mampu. Jika sudah punya kemampuan tetapi tidak mau pergi haji maka termasuk golongan orang-orang yang dzalim.

Allah Maha kaya. Allah Maha terpuji. Allah tidak butuh dengan ongkos naik haji itu. Banyaknya ongkos naik haji (ONH) yang dikeluarkan bukanlah untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi keikhlasan menunaikannya yang akan menjadi media taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Ongkos itu akan kembali lagi dengan cara yang tidak terduga.

Di dalam sebuah hadits qudsi, disebutkan, “Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah sejengkal, Allah akan mendekatkan diri-Nya sehasta. Jika seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah sehasta, Allah akan mendekatkan diri-Nya sedepa. Jika seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan berjalan, Allah akan mendekatkan diri-Nya dengan berlari. Allah pasti akan membalas lebih banyak lagi atas perbuatan baik hamba-hamba-Nya. (HR. Bukhari dan Turmudzi).

Naik haji zaman sekarang di Indonesia sudah menjadi kebutuhan. Bukan hanya orang kaya di perkotaan, semua lapisan masyarakat sampai di desa pun berharap bisa sampai ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan ibadah haji.
 
Sudah banyak cerita misalnya tukang urut naik haji. Menabung sampai 15 tahun dari hasil urutnya, sampai juga bisa pergi haji. Ada juga pemulung naik haji karena kebaikannya memberikan kurban dari hasil memungut sampah-sampah plastik bekas air mineral, lalu beritanya terdengar oleh Raja Arab Saudi, dan diberikan hadiah haji kepadanya. Banyak jalan menuju Mekah dan Madinah. Terpenting, usaha dan doa dibarengi dengan kemauan dan kemampuan.

Mari berlomba-lomba dalam kebaikan selagi ada kemampuan dan kesempatan. Jangan sampai menunggu sudah tua renta, baru mau menyesal. Kenapa tidak dari muda dulu saja saya tidak pergi haji? 

Dulu saya bisa saja membayar ONH setiap tahun, tapi sekarang boro-boro untuk makan saja sudah sulit! Seandainya dari waktu saya menjabat saya sudah mendaftar haji, pastinya saya sudah pergi haji sekarang. Tetapi mau apa lagi, sekarang saya sudah pensiun. Dan masih banyak lagi redaksi-redaksi penyesalan dan pengandaian di saat sudah tidak mungkin untuk berhaji.

Formulir-formulir pendaftaran haji di Kantor Kementrian Agama hampir setiap hari ada saja yang mengisi. Menandakan semakin banyak masyarakat Indonesia yang antusias dan sudah sadar dengan kewajibannya. Mengisyaratkan juga pesan-pesan yang disampaikan oleh para muballigh sampai kepada jamaahnya. Alhamdulillah.
 
Bahkan di kota/kabupaten se-Indonesia daftar tunggu (waiting list) untuk berangkat haji sampai 10 tahun. Bahkan ada yang sampai 15 atau 20 tahun. Sungguh penantian yang amat panjang. 

Oleh karena itu banyak yang akhirnya mengambil paket haji plus agar cepat berangkat, meskipun harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk melunasi ONH. Bagi diaspora Indonesia di Italia, tidak mengenal waiting list.
 
“Sekarang daftar, besok sudah bisa berangkat haji,” ungkap Agung Pramudya, pendiri sekaligus pembina Komunitas Muslim Indonesia Milano (KMIM) di Milan. 

Salah satu program KMIM juga melakukan bimbingan dan pendampingan Haji dan umroh. Pada acara buka bersama diaspora (17/6) di Milan, Agung mengatakan tercatat sudah 15 diaspora Indonesia jamaah umroh berangkat melalui KMIM yang bekersama dengan Magazi Tour. Biaya ONH pun relatif murah dari 1.800 Euro sampai 2.500 Euro.
 
Berapa pun ONH-nya, yang terpenting adalah ketulusan hati dan niat. Ada kemampuan tetapi tidak ada kemauan, tidak akan jadi. Ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan juga tidak bisa pergi haji. Di samping berusaha, sebaiknya banyak berdoa. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk menunaikan haji. Haji yang mabrur tidak ada lagi balasannya yang pantas, kecuali surga. (HR. Bukhari).

Khumaini Rosadi, anggota Tim Inti Dai dan Media Internasional (TIDIM) LDNU, dan Dai Ambassador Cordofa 2017 dengan penugasan ke Roma, Italia.