Tunis, NU Online
Institut Supérieur de la Civilisation Islamique de Tunis menggelar wisuda sarjana, Kamis (30/6) di auditorium Ibn Khaldun. Lima diantara wisudawan tersebut adalah kader NU yang menyelesaikan strata satu (S1) dan delapan mahasiswa kelas tamhidi (persiapan bahasa).
Dari lima wisudawan tersebut, kader NU yang membanggakan adalah Ahmad Fauzan. Ia meraih penghargaan sebagai lulusan terbaik dengan IPK 18 dari skala 20.
Duta Besar RI untuk Tunisia, Ikrar Nusa Bhakti menyambut baik atas kelulusan kader-kader NU. Ia berharap agar mereka melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya dan ikut berkontribusi dalam menyebarkan Islam rahmatan lil ‘alamin di tengah masyarakat.
Dalam catatan Ikrar, kaum sarungan yang selama ini dicitrakan sebagai kolot dan jumud, sudah tidak relevan disematkan kepada kader muda NU. Selain rajin dan kompak, di mata Ikrar, mereka termasuk proresif dalam pemikiran.
“Kader NU bukan diinterpretasikan warga sarungan belaka, tapi benar-benar warga sarungan yang memiliki intelektualitas yang sangat tinggi dan bisa megembangkan ijtihad-ijtihad yang cukup baik bagi pemikiran-pemikiran Islam yang berguna bagi masa depan bangsa dan negara kita,” kata Dubes RI kepada NU Online.
Apalagi, menurut guru besar yang sebelumnya aktif sebagai Peneliti LIPI ini, NU memiliki pesantren-pesantren yang beragam coraknya, mulai yang masih mempertahankan sistem klasikal sampai pesantren modern.
Untuk itu, kata bapak dari empat orang anak ini, kader-kader NU harus memperdalam bahasa. Tidak hanya bahasa Arab, sebagai pengantar kuliah, tapi juga bahasa lain misalnya bahasa Inggris.
Pengamat politik yang terkenal kritis ini menambahkan, Tunisia adalah salah satu tujuan yang baik untuk belajar agama karena Tunisia mengajarkan Islam yang sesuai dengan corak pemikiran NU, yaitu Islam yang moderat.
“Tunisia negara mayoritas muslim tapi mengajarkan Islam yang moderat, bukan aliran-aliran yang bisa dikatakan radikal,” pungkas pria yang menyelesaikan doktoral di Australia ini. (Muntaha Afandie/Fathoni)