Internasional

Kaji Ibn Arabi, Pendiri PCINU Tunisia Raih Gelar Doktor Bidang Linguistik Arab

Ahad, 7 Januari 2024 | 17:00 WIB

Kaji Ibn Arabi, Pendiri PCINU Tunisia Raih Gelar Doktor Bidang Linguistik Arab

A Muntaha Afandie (ketiga dari kiri) meraih gelar doktor di Ecole Doctorale, Faculté des Lettres, des Arts et des Humanités, Université de la Manouba, Tunisia, Jumat (5/1/2024). (Foto: istimewa)

Manouba, NU Online
Pengasuh Majelis Taklim Asy-Syafi’iyyah Sidoarjo, Jawa Timur yang juga pendiri PCINU Tunisia, A Muntaha Afandie berhasil meraih gelar doktor pada konsentrasi linguistik dengan predikat dengan pujian (summa cumlaude) setelah mengikuti ujian terbuka Promosi Doktor di Ecole Doctorale, Faculté des Lettres, des Arts et des Humanités, Université de la Manouba, Tunisia, Jumat (5/1/2024).

 

Gus Mun, begitu ia akrab disapa, dinyatakan lulus paripurna dan berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul al-Isti’araat al-Tashawwuriyyah fi Kutub al-Tashassuf: A’maal ‘ibn Arabi Namuzajan (Metafora Konseptual dalam Kitab-kitab Tasawuf: Karya-Karya ‘Ibn ’Arabi sebagai Model).


Disertasi ini disajikan di depan para penguji yang terdiri dari Prof Lazhar Zanned (promotor, Université de la Manouba), Chokri Saadi (ketua sidang, Université de Tunis), Mohammed Bettaieb (penilai I/ penguji I, Université de la Manouba), Mohamed Salah Bouomrani (penilai II/ penguji II, Institut Supérieur des Etudes Appliquées en Humanités de Gafsa), dan Narjes Badis (penguji III, Université de Tunis-El Manar).


Gus Mun mengatakan tema ia angkat dalam disertasinya berangkat dari kegelisahan intelektualnya karena, ”… Selama ini kajian karya-karya Ibn Arabi lebih menonjol menggunakan kajian-kajian filsafat. Masih sulit, kalau tidak boleh dikatakan tidak ada, yang menggunakan pendekataan kebahasaan."


Ia menuturkan, menggunakan pendekatan metafora konseptual dalam disertasinya karena ingin melihat bagaimana proses kreatif Ibn Arabi dalam berimajinasi terlebih dahulu, baru menganalisis makna-makna berdasarkan teori metafora konseptual dalam karya-karyanya yang terkenal 'angker' tersebut bagi sebagian kalangan.


Dalam kesempatannya sebagai promotor, Professor Zanned menyatakan Muntaha sebagai mahasiswa-peneliti (al-thalib al-bahith) yang berani mengambil risiko karena beberapa hal. Di antaranya mengambil jurusan linguistik yang terkenal sulit meluluskan mahasiswanya.

 

Ia menuturkan pernah menyarankan anak didiknya tersebut untuk kuliah di kampus lain saja karena ia khawatir pria yang pernah mengemban amanah ketua tanfidziyyah pertama PCINU Tunisia itu tidak mampu bertahan di kampus yang berjuluk 'benteng linguistik Arab' tersebut. "Tapi dia bertahan dan membuktikan mampu menyeleksaikan studinya dengan baik," tutur penulis puluhan buku babon linguistik Arab tersebut.

 

Gus Mun juga menjadikan karya-karya Ibn Arabi sebagai objek kajiannya. Hal ini juga diamini oleh semua penguji, terutama Mohammed Bettaieb yang memiliki minat besar dalam kajian tasawuf falsafi.


"Mengkaji Ibn Arabi tidak cukup satu atau dua tahun, seperti yang dilakukan oleh Muntaha Afandie, tapi perlu waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Tapi saya pribadi, mengapresiasi keseriusannya menulis kajiannya ini sehingga mampu menyelesaikan tepat waktu," pungkas penulis buku Wahdah al-Wujud fi Tsawwuf al-Islami fi Dlau’i Wahdah al-Tashawwuf wa Tarikhiyyatih.

 

Ujian yang berlangsung cukup hangat dan alot selama tiga jam, berakhir dengan nilai yang membanggakan tidak hanya bagi pribadi promovendus dan PCINU Tunisia, tapi juga bagi keluarga besar Nahdlatul Ulama. Keberhasilannya itu dinilai turut mengharumkan nama NU di negeri Ibn Khaldun.


Kontributor: Yusril Muna
​​​​​​