Internasional

Kelompok HAM: Kesehatan Seorang Remaja Palestina dalam Bahaya di Penjara Israel

Jum, 29 Januari 2021 | 05:00 WIB

Kelompok HAM: Kesehatan Seorang Remaja Palestina dalam Bahaya di Penjara Israel

Ilustrasi Palestina.

Jakarta, NU Online

Seorang pemuda Palestina yang dipenjarakan oleh Israel menghadapi "kondisi kesehatan yang berbahaya," kata sebuah organisasi hak asasi manusia pada Kamis (28/1) kemarin.


Dikutip dari kantor berita Anadolu, Jumat (29/1), sebuah organisasi HAM Defense for Children International Palestina menjelaskan, Amal Nahla (17) ditahan oleh pasukan Israel pada 21 Januari dan dimasukkan ke dalam penahanan administratif tanpa dakwaan apa pun selama enam bulan, dengan kemungkinan durasi diperpanjang.


Remaja itu menderita "sesak napas" dan pemeriksaan medis menunjukkan bahwa dia memiliki masalah di dada dan sistem pernapasan, kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.

 


Nahla didiagnosis dengan myasthenia gravis, penyakit neuromuskuler dan autoimun jangka panjang, tambah kelompok HAM itu.


Pernyataan kelompok tersebut juga mengutip laporan rumah sakit Israel, Shaare Zedek Medical Center, yang menyatakan bahwa remaja Palestina itu membutuhkan pengobatan empat kali sehari.


Sekitar 4.400 warga Palestina saat ini mendekam di penjara Israel, termasuk 40 wanita, 170 anak-anak, dan 380 orang di bawah penahanan administratif tanpa dakwaan atau pengadilan.


Sebelumnya, organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) terkemuka yang berbasis di Yerusalem, B'Tselem juga menyebut bahwa Pemerintah Israel adalah rezim apartheid.

 


B'Tselem melaporkan, hak warga Palestina di Tepi Barat lebih sedikit selama di bawah kendali Israel. Kondisi ini kontras dengan orang Yahudi yang hidup di seluruh wilayah Laut Mediterania dan Lembah Sungai Yordania.


B'Tselem mengatakan, warga Palestina hidup di bawah kendali Israel di Tepi Barat yang diduduki, di Gaza yang diblokade, di Yerusalem Timur yang dianeksasi, dan di dalam wilayah Israel sendiri.


"Ini bukanlah demokrasi ditambah pendudukan. Ini adalah sistem apartheid di antara sungai (Yordan) dan laut (Tengah),” kata Direktur Eksekutif LSM Israel B'Tselem, Hagai el-Ad dalam laporannya Selasa lalu seperti dilansir AFP.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon