Internasional

Koin Emas Terlangka Bertuliskan Syahadat Ditaksir Seharga Rp27 Miliar

Sel, 17 September 2019 | 08:30 WIB

Koin Emas Terlangka Bertuliskan Syahadat Ditaksir Seharga Rp27 Miliar

Ilustrasi: tradearabia

London, NU Online
Sebuah koin emas terlangka di dunia bertuliskan dua kalimat syahadat bakal dilelang di London, Inggris, pada 24 Oktober mendatang. Koin tersebut disebut sebagai koin yang paling berharga. Pasalnya, harga koin emas sebesa uang koin Poundsterling itu ditaksir mencapai 1,72 juta-1,97 juta dolar AS atau setara dengan Rp24-Rp27,7 miliar (kurs Rp14.000).

Spesialis koin Islam dari Morton dan Eden, Stephen Lloyd, menyebut, koin terlangka bertuliskan syahadat tersebut merupakan incaran para kolektor koin. "Dinar ini adalah salah satu yang paling dicari dari semua koin pada masa Islam awal dan merupakan yang terbaik yang diinginkan para kolektor koin Islam awal," katanya, dikutip NU Online dari laman tradearabia, Selasa (17/9).

Menurut Lloyd, hanya ada sekitar selusin koin (serupa) yang saat ini diketahui. Sebagian koin-koin tersebut disimpan di museum internasional besar dan sebagian lainnya menjadi koleksi pribadi.

“Ini hanya spesimen kedua yang pernah ditawarkan di lelang publik,” kata Lloyd.

Dia menambahkan, pada 2011 lalu seorang juru lelang spesialis juga melelang sebuah koin emas Islam serupa. Saat itu, koin tersebut dijual dengan harga 3,72 juta poundsterling atau setara Rp65 miliar.

“(harga itu) memecahkan rekor harga untuk koin Islam apa pun dan koin emas apa pun yang dijual di Eropa,” jelasnya.

Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan koin emas terlangka bertuliskan syahadat tersebut begitu bernilai. Pertama, koin tersebut menjadi mata uang dinar masa Dinasti Umayyah sejak tahun 105 H/723 M silam. Dengan demikian, koin ini menjadi salah satu koin emas terlangka yang ditemukan saat ini. Kedua, bahan baku koin emas tersebut berasal dari Hijaz. Saat ini, lokasinya berada di antara Makkah dan Madinah, Arab Saudi.

Philiph K Hitti dalam bukunya History of The Arabs (2010) menjelaskan bahwa pada masa pra Islam masyarakat di Hijaz menggunakan uang Romawi dan Persia, di samping sejumlah uang perang Himyar bergambar burung hantu Attic.

Pada 695, Abdul Malik bin Marwan, Khalifah Dinasti Umayyah saat itu, mencetak uang dinar emas dan dirham perak yang murni hasil karya orang Arab. Wakil Abdul Malik di Irak, Al-Hajjaj, kemudian mencetak uang perak di Kufah pada tahun berikutnya.

Memang, sebelum masa kekhalifahan Abdul Malik ada sejumlah uang emas dan perak yang pernah dicetak penguasa Muslim saat itu. Namun, cetakan itu hanya tiruan dari mata uang Bizantium dan Persia. Pada beberapa kasus, koin-koin tersebut disertai dengan kutipan ayat Al-Qur’an.
 

Pewarta: Muchlishon
Editor: Alhafiz Kurniawan