Internasional

Korban Tewas Protes Iran atas Kematian Mahsa Amini Bertambah, Kini 41 Orang 

Kam, 29 September 2022 | 07:00 WIB

Korban Tewas Protes Iran atas Kematian Mahsa Amini Bertambah, Kini 41 Orang 

Kematian Mahsa Amini telah menyulut kembali kemarahan atas berbagai masalah termasuk pembatasan kebebasan pribadi di Iran. (Foto: The Guardian)

Jakarta, NU Online
 
Aksi unjuk rasa warga Iran atas kematian Mahsa Amini di tahanan polisi terus berlansung selama sepuluh malam berturut-turut.


Melansir The Guardian Rabu (28/9/2022), sedikitnya 41 orang dikabarkan meninggal sejak kerusuhan dimulai. Sebagian besar korban tewas terdiri dari pengunjuk rasa dan beberapa anggota pasukan keamanan. Namun, jumlah tersebut diprediksi lebih tinggi.


Kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) yang berbasis di Norwegia mengatakan pada Minggu malam bahwa jumlah korban tewas setidaknya 57. Namun, mereka mengeluh bahwa pemadaman internet yang sedang berlangsung membuat semakin sulit untuk mengkonfirmasi kematian dalam protes yang telah menyebar di banyak titik.


Ratusan demonstran, aktivis, dan jurnalis juga dilaporkan telah ditangkap di tengah demonstrasi yang sebagian besar terjadi pada malam hari sejak kerusuhan pertama pecah setelah kematian Amini. Protes berlangsung di sebagian besar dari 31 provinsi di negara tersebut.


Adalah Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang meninggal dalam tahanan polisi pada Jumat (16/9/2022). Amini ditahan polisi moral karena dianggap tidak mengikuti aturan berhijab dengan benar.


Presiden Iran Ebrahim Raisi secara tegas akan menindak para pengunjuk rasa yang melakukan kekerasan dan kerusuhan dalam aksi demonstrasi.


"Menekankan perlunya tindakan tegas tanpa keringanan hukuman terhadap penghasut inti 'kerusuhan'," tulis situs web pengadilan Mizan Online, dilansir Al Jazeera.. 


Usai berbicara kepada keluarga seorang anggota pasukan paramiliter Basij yang tewas dalam aksi protes yang sedang berlangsung di kota timur laut Mashhad, Raisi menuntut tindakan tegas terhadap mereka yang "mengganggu perdamaian dan keamanan negara."


Raisi menegaskan protes dan mengganggu ketertiban umum harus dibedakan. Ia lantas menggambarkan demonstrasi yang meluas usai kematian Masha Amini dalam tahanan polisi sebagai 'kerusuhan'.


Protes pecah di barat laut Iran seminggu yang lalu di pemakaman Mahsa Amini, wanita Kurdi  itu. 


Kematiannya telah menyulut kembali kemarahan atas berbagai masalah termasuk pembatasan kebebasan pribadi di Iran, aturan berpakaian yang ketat untuk wanita, serta ekonomi yang memburuk akibat sanksi.
 


Dalam aksi demo tersebut, para pengunjuk rasa perempuan melepas dan membakar cadar mereka. Beberapa di antaranya juga memotong rambut mereka secara terbuka. 


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan