Internasional

Langkah NU Belgia Redam Islamofobia

Rab, 28 Juli 2021 | 02:30 WIB

Langkah NU Belgia Redam Islamofobia

Konfercab PCINU Belgia diadakan beberapa waktu lalu. (Foto: PCINU Belgia)

Jakarta, NU Online

Islamofobia masih mengemuka di Benua Biru. Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) sebagai duta NU di luar negeri memiliki peran yang sangat penting sebagai duta NU, tak terkecuali dalam memainkan second track diplomacy.

 

Untuk melakukannya, PCINU Belgia bergerak melalui jalinan kerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari Keduataan Besar Indonesia di negara tersebut hingga komunitas-komunitas Muslim yang ada. Sebab, hal demikian tidak dapat dilakukan sendirian.

 

"PCINU Belgia akan bekerja sama dengan beberapa mitra strategis, terutama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Belgia, Keluarga Pengajian Muslim Indonesia (KPMI) Belgia, dan Yayasan Nusantara Cultural Center (NCC)," kata Miftahul Huda, Ketua PCINU Belgia terpilih, kepada NU Online pada Selasa (27/07/2021).

 

Di bawah koordinasi NCC, jelasnya, PCINU saat ini sedang melakukan penggalangan dana melalui NU-Care LAZISNU untuk membeli bangunan serbaguna yang akan dimanfaatkan sebagai pusat kajian kebudayaan Indonesia. Selain diproyeksikan sebagai masjid pertama Indonesia di Belgia, bangunan tersebut diharapkan menjadi laboratorium hidup (the living laboratory) yang dapat menampilkan miniatur Islam Nusantara.

 

"Masyarakat Eropa bisa melihat bagaimana nilai-nilai keislaman dan kebangsaan hidup secara harmonis di sebuah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia dengan berbagai keragaman suku, ras, etnis, bahasa, dan agama atau kepercayaan," kata mahasiswa doktoral bidang linguistik dan sastra Universitas Antwerpen itu.

 

Melalui program integrasi dengan NCC tersebut, misalnya, PCINU Belgia bisa mewarnai, mengimbangi, atau bahkan mendominasi kontestasi wacana dan gerakan transnasional yang selama ini, dalam beberapa hal, masih dikuasai oleh kelompok Islam garis keras.

 

"PCINU Belgia memiliki posisi tawar (bargaining position) yang sangat strategis untuk mengenalkan gagasan-gagasan dan program-program Nahdlatul Ulama ke luar negeri sehingga kontribusi Nahdlatul Ulama dalam membangun peradaban Islam yang rahmatan lil 'alamin benar-benar dirasakan kehadirannya oleh masyarakat Internasional," katanya.

 

Selain itu, PCINU Belgia juga berkomitmen untuk menggalakkan dakwah Islam yang ramah melalui media sosial. Pasalnya, salah satu faktor utama yang mendorong munculnya Islamofobia adalah representasi Islam yang negatif di media massa.

 

"Kami akan merancang program secara sistematis agar dapat memanfaatkan sejumlah platform media sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, dan website untuk membangun komunikasi, memperkuat jejaring sosial, memberikan pelayanan cepat, dan saling berbagi informasi untuk menampilkan citra Islam secara positif," kata Miftah yang dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur itu.

 

Pihaknya berharap optimalisasi dakwah PCINU Belgia melalui media sosial nantinya dapat berkontribusi dalam mereduksi –apabila tidak mungkin menghilangkan–gejala Islamofobia di Eropa atau bahkan di dunia.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan