Internasional

Strategi Miftahul Huda Semai Nilai NU di Belgia

Sel, 27 Juli 2021 | 20:00 WIB

Strategi Miftahul Huda Semai Nilai NU di Belgia

Salah satu titik di Belgia. (Foto: Kemenlu.go.id)

Jakarta, NU Online

Miftahul Huda terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belgia pada Sabtu (24/07/2021) lalu. Ia didapuk melanjutkan kepemimpinan NU bersama Bakhtiar Hasan sebagai Rais Syuriyah.

 

Miftah menyampaikan setidaknya ada empat hal yang bakal menjadi fokus khidmatnya dalam memimpin NU di Belgia. Pertama, PCINU Belgia perlu melakukan penguatan legalitas kelembagaan sesuai dengan Undang-undang Kerajaan Belgia.

 

"Sudah saatnya PCINU Belgia mendaftarkan diri sebagai organisasi atau yayasan yang diakui eksistensinya. Bukan hanya oleh Kemenkumham dan notaris di Republik Indonesia, tetapi juga oleh hukum di negara setempat, yaitu Belgia," katanya kepada NU Online pada Selasa (27/07/2021).

 

Hal ini, menurutnya, penting dilakukan untuk menegaskan kepada publik mengenai adanya organisasi sosial keagamaan bernama PCINU Belgia yang eksistensinya diakui sehingga berhak mendapat perlindungan hukum oleh negara. Legalitas itu juga dapat membangun kewibawaan lembaga (haibah ijtima’iyah), sehingga tidak dianggap sebagai Organisasi Tanpa Bentuk di luar negeri.

 

Kedua, PCINU Belgia perlu melakukan penguatan kapasitas anggota (capacity building) baik pada aspek ibadah keseharian (‘amaliyah), pemikiran (fikrah), maupun gerakan (harakah). Pasalnya, PCINU harus hadir memberikan pendampingan keagamaan kepada masyarakat Muslim diaspora secara intensif agar identitas keislaman mereka tidak luntur akibat lingkungan.

 

Hal itu mengingat di negeri beribukota Brussels itu, masjid tidak mudah dijumpai, adzan tidak dikumandangkan setiap waktu dengan pelantang suara, majelis dzikir tidak ditemukan di ruang publik, dan pengajian atau pendidikan agama Islam tidak tersedia dengan mudah.

 

PCINU Belgia juga perlu terus memperkaya wawasan masyarakat muslim di Belgia tentang pemikiran-pemikiran keagamaan dan kebangsaan khas ala NU yang berlandaskan pada nilai-nilai Tawasuth, I’tidal, Tawazun, Tasamuh, dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

 

"Seiring dengan penguatan amaliah dan fikrah tersebut, kita dapat mengajak seluruh anggota PCINU Belgia untuk melakukan gerakan kolektif guna membangun masyarakat yang lebih beradab melalui kontribusi nyata NU di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan sebagainya," ujar dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu.

 

Ketiga, lanjut Miftahul, PCINU Belgia perlu melakukan kaderisasi dengan merangkul generasi milenial, khususnya mahasiswa, para akademisi, dan profesional muda, baik yang sedang maupun akan tinggal di Belgia. Ia menuturkan ada beberapa kader NU yang berstatus sebagai dosen atau guru besar di perguruan tinggi Belgia.

 

PCINU Belgia perlu lebih aktif melakukan penjaringan dan pendampingan kader, misalnya melalui promosi beasiswa studi di Belgia kepada mahasiswa NU di Indonesia sehingga mereka dapat memperkuat barisan Nahdliyin di Eropa dan beberapa pelatihan berjenjang kepada kader NU potensial di negeri ini.

 

"Dengan demikian, kita akan terhindar dari keterputusan generasi sehingga perjuangan PCINU Belgia ke depan dapat dilakukan secara berkelanjutan," ujar mahasiswa doktoral bidang ilmu linguistik dan sastra di Universitas Antwerpen itu.

 

Terakhir, PCINU Belgia perlu berperan lebih aktif dalam mempromosikan nilai-nilai Islam moderat (wasatiyyah) kepada masyarakat Eropa, khususnya di Belgia, baik melalui sikap hidup sehari-hari, penyelenggaraan forum ilmiah, pemberitaan di media, dan kerja sama dengan pihak luar.

 

Hidup sebagai Muslim minoritas di Belgia, pengurus dan anggota PCINU diharapkan mampu menampilkan wajah Islam yang moderat dan ramah yang dapat hidup berdampingan secara rukun dengan masyarakat manapun lintas agama, ras, etnis, dan gender. PCINU memiliki peran strategis untuk membuka mata sebagian besar masyarakat Belgia yang selama ini cenderung mengidentikkan Islam dengan citra yang dibawa oleh para imigran dari Turki, Maroko, Pakistan, serta negara-negara konflik di Afrika dan Timur Tengah.

 

“Mereka perlu melihat ‘wajah lain’ dari Islam Nusantara yang mengejewantahkan prinsip-prinsip perdamaian dan cinta kasih sebagai esensi Rahmatan lil ‘Alamin. Dan, PCINU Belgia memiliki kesempatan sekaligus andil besar dalam konteks penyebaran nilai-nilai Islam moderat ini,” pungkasnya.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan