Internasional

Ledakan di Masjid Afghanistan Tewaskan 14 Orang

NU Online  ·  Senin, 7 Mei 2018 | 01:00 WIB

Ledakan di Masjid Afghanistan Tewaskan 14 Orang

Ilustrasi: TMSS Magazine

Kabul, NU Online
Setidaknya 15 orang meninggal dan 30 orang terluka dalam sebuah ledakan di Masjid Yaqoubi yang terletak di kota Khost Afghanistan timur, Ahad (6/5). Masjid ini digunakan sebagai pusat pendaftaran masyarakat untuk pemilihan Afghanistan. 

Dilaporkan bahwa bom meledak ketika orang-orang sedang berkumpul di masjid, sebagian mereka hendak melaksanakan shalat dan sebagian lainnya melakukan registrasi pemilu.

Kelompok-kelompok bersenjata Afghanistan tidak ada yang mengklaim bertanggung jawab atas kejadian ini, termasuk Taliban. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menegaskan, bahwa kelompoknya tidak terlibat dalam insiden maut tersebut.  

Sebelumnya, banyak pusat pendaftaran pemberi suara pemilu lainnya di beberapa wilayah Afghanistan yang diserang kelompok-kelompok militan. Bulan lalu, ISIS melancarkan serangan di pusat pendaftaran pemilu di ibu kota Kabul. Serangan ini menewaskan 60 orang dan melukai ratusan orang lainnya.

Afghanistan dijadwalkan akan menyelenggarakan pemilihan umum pada Oktober tahun ini. Sejak pendaftaran dibuka tahun lalu, saat ini sudah ada sekitar satu juta orang yang sudah mendaftarkan diri sebagai pemberi suara dalam pemilu Afghanistan mendatang.

Beberapa analis berpendapat bahwa serangan yang terjadi di beberapa pusat pendaftaran dimaksudkan untuk menggagalkan pemilu Afghanistan. Kelompok tertentu melancarkan serangan tersebut untuk menakut-nakuti warga agar mereka tidak pergi ke sana untuk mendaftarkan diri. 

Aminullah Habibi, seorang mantan penasihat untuk pasukan internasional di Afghanistan, mengatakan bahwa pemerintah Afghanistan tidak mampu menyediakan keamanan yang baik di pusat-pusat pendaftaran pemilu. Akibatnya, hingga saat ini masyarakat yang sudah mendaftarkan diri sebagai pemberi suara masih rendah. 

“Jika serangan seperti itu terus terjadi, itu pasti akan menghalangi orang untuk mendaftar. Ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang kemampuan pemerintah untuk terkait dengan penyelenggaraan pemilu mendatang,” katanya seperti dikutip Aljazeera. (Red: Muchlishon)