Internasional LEBARAN DI LUAR NEGERI

Liku-liku Dakwah Halaqah di Macau

Kam, 14 Juni 2018 | 22:00 WIB

Oleh: H Khumaini Rosadi

Mengajak orang berbuat baik memang betul-betul tidak mudah. Tidak semudah mengatakan "Abra cadabra, sim salabim jadi apa." Penuh perjuangan. Penuh pengorbanan dan air mata. Hal inilah yang dirasakan oleh Ibu Indri dan Ibu Anis Nafisah, pendiri dan penggerak pengajian Majelis Taklim 'Halaqoh' (Himpunan Sosial Aktivis Sholehah) di Macau.

Sejak tahun 2010 berkecimpung di bidang dakwah, berpengalaman mengatur jadwal mubalig yang didatangkan dari Indonesia ke Macau. Banyak suka duka dalam menghadapi dan melayani karakter mubaligh tersebut. Dari mubalig kandang sampai mubalig kondang, semua sudah pernah dipegang. Mulai ustadz yang bergelar sampai yang tidak bergelar pun pernah dihadapi dengan sabar. 

"Semoga semua ini menjadi amal shaleh dan ilmu yang bermanfaat dari para ustadz, dan mubalig yang pernah saya serap ilmunya," kata Bu Anis setelah selesai mendengarkan pemapara saya saat kultum Ramadhan beberapa waktu lalu.

"Mengapa kita senang mendatangkan ustadz dari Indonesia? Karena seakan-akan kita jadi dekat dengan kampung halaman. Ibaratnya, fisiknya di Macau filing-nya berasa di Indonesia," papar Bu Anis.

Penyampaian dakwah yang disampaikan bagi para BMI mudah dimengerti. Budaya yang disampaikan pun sama. Dan satu lagi, ingin berbagi kebahagiaan dengan Ustadz Indonesia agar bisa jalan-jalan menikmati indahnya pemandangan di Macau. Merasakan suasana Eropa imitasi di Macau. Melihat kasino-kasino yang bisa dijadikan sebagai tambahan bahan materi ceramah.

"Sudah banyak nama-nama ustadz terkenal di Indonesia yang sudah kami datangkan dari Indonesia ke Macau," lanjut Bu Anis. "Seperti Emha Ainun Najib (Cak Nun) dari kalangan tokoh Nasional, Jaka Tarub dari kalangan ustadz muda berbakat. Ustadz Muhandis Azzuhri dan Ustadz Syarif Hidayatullah dari kalangan akademisi dan Dai Ambassador Cordofa 2017, sekarang ditambah lagi oleh Ustadz Ismail Hasan dan Ustadz Khumaini Dai Ambassador Cordofa 2018, dan masih banyak lagi yang lain," papar Bu Anis.

Di macau sendiri kumpulan pengajian ada di delapan tempat. Terdiri dari majelis taklim dan komunitas. Matim (Majelis Taklim Macau), Halaqoh (Himpunan Sosial Aktivis Sholihah), Irsyad, Imwu, Halimah, Mbak Yuli, Srikandi, dan Boni. Setiap Ramadhan, semuanya bersatu membentuk panitia Pondok Ramadhan. Di antara agendanya adalah mendatangkan ustadz sekaligus imam dari Indonesia.

Bukan hanya pada bulan Ramadhan saja ustadz-ustadz ini didatangkan. Tetapi setiap bulan diperlukan pencerahan tambahan dari ustadz-ustadz untuk ibu-ibu pengajian yang profesinya adalah sebagai BMI. Kegiatan Ramadhan di Macau aktifnya setiap tengah malam, mulai dari jam 23.00-00.30, karena menunggu BMI pulang kerja.

Setiap subuh dijadwalkan ustadz mengisi tausiah shubuh sekaligus imam di Matim. Dan setiap hari Ahad, diadakan pengajian gabungan di Masjid Pakistan mulai puku 14.00 hingga menjelang maghrib.

Memang untuk saat ini mendatangkan ustadz dari Indonesia ke Hong Kong atau Macau agak ketat. Tetapi sebenarnya kalau tujuannya jelas, gelagatnya tidak mencurigakan. "Saat menjawab pertanyaan imigrasi tidak plintat-plintut, insyaallah akan mudah masuk ke Hong Kong atau Macau," tambah Bu Anis.

Bahkan bisa juga masuk melalui Macau dulu baru selanjutnya ke Hong Kong, itu pun biasanya lebih mudah.

Saya pun mengajak kepada semuanya, khususnya teman-teman dai Ambassador Cordofa 2018, marilah berdakwah dengan santun, tidak menghujat, tidak merasa diri paling benar. Berdakwah dengan Islam rahmatan lil alamin. Sebagaimana Rasulullah bersabda, "Kami para nabi berdakwah dengan ukuran pendidikan mereka."

Artinya berdakwah pun punya style. Ada caranya. Berdakwahlah sebagaimana Rasulullah. Dakwah dengan akhlak karimah. Dakwah karena Allah SWT.

Penulis adalah Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa, Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (Tidim) LDNU yang ditugaskan ke Hong Kong dan Macau.