Internasional

Melihat Kehidupan Muslim di Wuhan, Kota Sumber Virus Corona

Ahad, 9 Februari 2020 | 16:30 WIB

Melihat Kehidupan Muslim di Wuhan, Kota Sumber Virus Corona

Masjid Jiang An, Wuhan, China. (Foto: Ahmad Syaifuddin Zuhri)

Jakarta, NU Online
Belakangan ini Kota Wuhan menjadi ‘buah bibir’ masyarakat internasional. Pasalnya, ibu kota Provinsi Hubei, China itu dinilai sebagai kota sumber virus corona. Sebuah virus mematikan yang saat ini sedang mewabah di China dan menyebar ke beberapa negara lainnya. Hingga Ahad (9/2), virus corona telah membunuh lebih dari 800 orang dan menginfeksi puluhan ribu lainnya.

Luas Kota Wuhan adalah 8.494 kilometer persegi. Wuhan menjadi salah satu kota terpada di China. Diperkirakan penduduk Kota Wuhan mencapai 11 juta jiwa, di mana—menurut sebuah survei yang dikeluarkan pada 2017- 1,6 persen dari total populasi adalah pemeluk agama Islam.  Di sana, penduduk Muslim hidup berdampingan dengan penduduk lainnya.

Menurut mahasiswa Central China Normal University (CCNU) Wuhan yang juga Wakil Rais Syuriyah PCINU Tiongkok, Ahmad Syaifuddin Zuhri, ada empat masjid di Kota Wuhan. Pertama, Masjid Jiang An. Masjid ini memiliki empat lantai. Lantai satu untuk kantor, tempat wudhu, dan dapur umum. Lantai dua merupakan ruang shalat utama. Lantai ketiga adalah ruang-ruang kelas dan aula. 

"Lantai keempat, kami tidak bisa masuk karena terkunci," katanya. 

Masjid Jiang An menjadi satu-satunya bangunan yang masih berdiri di lokasi situ. Bangunan di sekitarnya sudah dirobohkan karena rencananya di situ akan dibangun kompleks gedung modern. Rencananya, Masjid Jiang An akan dipindahkan lokasi baru, yang berjarak sekitar 1,3 kilometer dari lokasi yang sekarang. Disebutkan bahwa pembangunan masjid yang baru sudah selesai. Tinggal menunggu tahap akhir dan perizinan dari pihak yang berwenang
 
 
Kedua, Masjid Hankou. Lokasi masjid ini cukup strategis karena terletak di petigaan besar, dekat dengan stasiun besar kereta api Hankou dan stasiun MRT line 1. Masjid Hankou terdiri dari enam lantai. Arsitekturnya merupakan perpaduan antara Arab, China, dan Eropa. Sementara di samping gerbang masuk masjid dibangun deretan toko.

Ketiga, Masjid Min Quan Lu. Masjid ini susah dicari karena berada di gang kecil dan di antara deretan toko penjual daging sapi dan kambing halal. Ada dua lantai yang digunakan ketika hendak dilaksanakan Shalat Jumat. Masing-masing lantai hanya mampu menampung 50 jamaah.
 
"Masjid ini yang terkecil yang saya temukan di antara masjid lainnya di Kota Wuhan," ujarnya.

Keempat, Masjid Qiyi. Masjid ini terletak di distrik Wuchang. Luasnya mencapai 2.300 meter persegi dan mampu menampung hingga 500 jamaah. Masjid Qiyi juga menjadi basis Asosiasi Islam Provinsi Hubei. Selain masjid, di Jalan Qiyi pula berjejer toko-toko yang menjajakan makanan dan kebutuhan halal lainnya seperti daging, kue tradisional, roti naan Uighur, sayuran, buah-buahan, bumbu, hingga pakaian.   

Zuhri menceritakan bahwa cukup mudah mencari warung halal di Kota Wuhan. Menurutnya, ada 12 warung halal yang ditemukannya di antara tempat tinggalnya hingga kampusnya, Central China Normal University (CCNU) Wuhan. Warung-warung halal tersebut dilengkapi dengan logo tulisan 'Halal' atau 清真 Qingzhen (baca: Tsingcen). Kebanyakan warung tersebut dimiliki Suku Hui Muslim.

Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan