Nasional

PBNU: Fenomena Mahalnya Masker karena Ketakutan Berlebihan 

Sab, 8 Februari 2020 | 04:00 WIB

PBNU: Fenomena Mahalnya Masker karena Ketakutan Berlebihan 

Ketua PBNU Bidang Kesehatan, Syahrizal Syarif (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Jakarta, NU Online
Memasuki pekan keenam sejak merebaknya wabah Corona tipe baru di China, menimbulkan fenomena  langka dan mahalnya harga masker.

Ketua PBNU Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif menilai hal itu disebabkan ketakutan yang tidak rasional dari masyarakat sehingga berlomba-lomba mendapatkan masker. Bahkan banyak yang rela membeli masker dengan harga sangat tinggi.
 
Menurut Syahrizal, hal yang patut dipahami adalah bahwa Indonesia sampai saat ini belum ada kasus konfirmasi. Hal ini berdasarkan laporan hasil pemeriksaan 50 spesimen kasus terduga, oleh Laboratorium Litbangkes, Kementerian Kesehatan RI, di mana 49 hasil negatif dan satu masih dalam pemeriksaan. 
 
"Masker itu dibutuhkan untuk digunakan jika kita berada di wilayah tertular, misalnya jika bepergian ke Malaysia atau Singapura, negara dengan kasus konfirmasi," kata Syahrizal, Jumat (7/2).

Olah karena itu, buat masyarakat Indonesia saat ini tidak perlu menggunakan masker, termasuk juga di Natuna, dimana karantina sedang berlangsung.
 
"Jika Anda saat ini batuk pilek, ada baiknya pakai masker, apalagi jika naik bus atau KRL, karena anda bisa menularkan batuk pilek Anda yang mengandung virus lain, misanya influenza," kata Syahrizal.

Masker juga perlu dipakai oleh mereka yang sedang merawat keluarga yang sakit gangguan pernafasan. Namun, jika tidak dalam kondisi-kondisi tersebut, Syahrizal menegaskan tidak perlu repot-repot memakai masker.
 
"Jadi stop beli dan pakai masker jika tidak diperlukan," tandas dia.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad