Internasional

Mengenal Muhammad ath-Thayyeb, Grand Syekh Al-Azhar Ke-48

Sel, 1 Mei 2018 | 14:00 WIB

Nama lengkapnya Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb. Ia lahir pada 6 Januari 1946 di Luxor Provinsi Qina, sebuah kota yang terletak di tepi timur sungai Nil Mesir. Saat ini, Ath-Thayyeb menduduki jabatan Grand Syekh Al-Azhar atau Imam Besar Al-Azhar. 

Ath-Thayyeb memiliki garis nasab yang baik. Bahkan jika dirunut, nasab Ath-Thayyeb bersambung kepada Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ayahnya Syekh Muhammad Thayyeb dan kakeknya Syekh Ahmad Thayyeb adalah seorang ‘aktivis.’ Mereka kerap kali mengadakan majelis perdamaian antarsuku di daerahnya. Sejak kecil hingga menjadi Grand Syekh Al-Azhar, Ath-Thayyeb sering menghadiri majelis yang digagas orang tuanya itu.

Ath-Thayyeb mendapatkan gelar Sarjana (1969), Master (1971), dan Doktor (1977) dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Program studi yang diambilnya pun linier yaitu Akidah dan Filsafat. Kemudian dia melanjutkan studi ke Universitas Sorbonne Paris dan mendapatkan gelar Philosophy of Doctor (Ph.D) dalam bidang Filsafat Islam (1977-1988). 

Selepas menyandang gelar doktor, Ath-Thayyeb diangkat menjadi dosen tetap di Universitas Al-Azhar. Sejak saat itu, Ath-Thayyeb tidak hanya mengajar di Al-Azhar saja, tapi juga di kampus-kampus luar Mesir seperti Universitas Islam Internasional di Islamabad Pakistan, Universitas Emirat, Universitas Qatar, dan Universitas Imam Muhammad bin Sa`ud di Riyadh.

Ketekunan, kiprah, dedikasi, dan sumbangsih Ath-Thayyeb dalam dunia akademis dan Islam menghantarkannya menduduki posisi penting, baik di kampusnya Al-Azhar atau pun di negaranya Mesir. Tercatat, Ath-Thayyeb menduduki posisi Mufti Negara Mesir (2002-2003), Rektor Universitas Al-Azhar (2003-2010), dan Grand Syekh Al-Azhar (2010-sekarang).

Grand Syekh Al-Azhar ke-48

Grand Syekh Al-Azhar atau Imam BesarAl-Azhar adalah sebuah gelar bergengsi di dunia Islam Sunni dan gelar resmi yang prestisius di negara Mesir. Orang yang menyandang gelar ini dianggap sebagian umat Islam (Sunni) sebagai orang yang memiliki otoritas tertinggi dalam pemikiran Islam Sunni dan fikih. Grand Syekh Al-Azhar memiliki pegaruh yang besar di dunia Islam, khususnya mereka yang menganut sistem akidah Asy’ariyah dan Maturidi.

Sebetulnya, ‘Imam Besar Al-Azhar’ yang bertugas sebagai pemimpin Masjid Al-Azhar dan Universitas Al-Azhar sudah ada sejak abad ke-14. Awalnya namanya Musyrif Al-Azhar dan kemudian diganti menjadi Nadzir Al-Azhar. Pada saat Kesultanan Usmani menguasai Mesir, gelar bagi pemimpin Masjid Al-Azhar dan Universitas Al-Azhar diubah menjadi Grand Syekh Al-Azhar atau Umam Besar Imam Al-Azhar.   

Meski Gelar Grand Syekh Al-Azhar sudah ada sejak lama, namun gelar ini baru ditetapkan pemerintah Mesir melalui Undang-Undang Nomor 103 Tahun 1961 Tentang Pengembangan Al-Azhar. Peraturan ini menjadikan Grand Syekh Al-Azhar sebagai otoritas tertinggi mengenai urusan-urusan keagamaan. Dengan dikeluarkannya peraturan ini pula, Grand Syekh Al-Azhar diangkat dan dipilih langsung oleh Presiden Mesir.

Ahmad Ath-Thayyeb menduduki posisi Grand Syekh Al-Azhar atau Imam Besar Al-Azhar sejak 19 Maret 2010 hingga saat ini. Ia diangkat Presiden Mesir Husni Mubarak menyusul wafatnya Grand Syekh Al-Azhar sebelumnya, Muhammad Sayyid Tantawy. 

Dari abad 16 hingga hari ini, Masjid Al-Azhar dan Universitas Al-Azhar sudah dipimpin oleh 48 Grand Syekh. Dari catatan yang ada, mereka yang menjadi Grand Syekh Al-Azhar biasanya menganut salah satu dari mazhab tiga (Hanafi, Maliki, dan Syafi’i). 
Muhammad al-Kharashi (1679-1690) merupakan Grand Syekh Al-Azhar pertama, sementara Ahmad Ath-Thayyeb menjadi Grand Syekh Al-Azhar ke-48. 

Muslim paling berpengaruh di dunia

Riset The 500 Most Influential Muslim tahun 2018 menempatkan Grand Syekh Al-Azhar Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb sebagai Muslim yang paling berpengaruh di dunia. Dia menduduki peringkat pertama dari 500 Muslim yang paling berpengaruh di seluruh dunia lainnya. 

Ini bukan kali pertama bagi Ath-Thayyeb, tahun 2017 lalu dia juga berada di urutan teratas sebagai Muslim paling berpengaruh setelah sebelum-sebelumnya, yakni tahun 2016, 2015, dan 2014, menduduki posisi kedua.

The Royal Islamic Strategic Studies Centre yang berkedudukan di Amman Jordania, sebuah lembaga penelitian yang menggagas riset tentang Muslim paling berpengaruh di dunia, menempatkan Ath-Thayyeb sebagai Muslim paling berpengaruh karena kedudukannya sebagai pemegang ‘otoritas tertinggi’ bagi Muslim Sunni. Selain itu, dia juga memimpin Universitas Islam Sunni terkemuka dan terbesar (Al-Azhar). 

Ath-Thayyeb terus menerus mempromosikan Islam tradisional. Dia selalu menekankan tentang pentingnya menjaga dan mengajarkan warisan Islam yang telah ditingggalkan oleh ulama terdahulu. (A Muchlishon Rochmat)