Internasional

Mengintensifkan Kerja Sama Pendidikan Indonesia-Irak

Sel, 30 Mei 2023 | 07:00 WIB

Mengintensifkan Kerja Sama Pendidikan Indonesia-Irak

Diskusi sejumlah tokoh di sela-sela pertemuan Liga Muslim Dunia di Hotel Sultan, di Jakarta (21/5/2023). (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Di sela-sela perhelatan akbar Konferensi Internasional tentang Agama, Perdamaian, dan Peradaban yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia bekerja sama dengan Liga Muslim Dunia di Hotel Sultan, di Jakarta pada 21-23 Mei 2023, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, Prof Waryono Abdul Ghafur melakukan diskusi dengan beberapa tamu rombongan dari luar negeri. 

 

Di antara rombongan yang ikut hadir dalam diskusi tersebut antara lain beberapa ulama Irak, serta mufti dari Australia.


Diskusi mengalir hangat dan sejuk memperbincangkan masalah-masalah kontemporer dunia, praktik kehidupan bermasyarakat di Indonesia dan Irak, serta kemungkinan kerja sama pertukaran ustadz dan santri kedua negara.


Mengintensifkan pertukaran santri Indonesia-Irak
Hal menarik lain yang muncul dari diskusi sederhana namun padat ini adalah tentang perlunya mengintensifkan jalinan kerja sama pendidikan antara kedua negara, Indonesia dan Irak. 


"Indonesia memiliki 40.000 pondok pesantren, 148 di antaranya adalah Ma’had Aly yang fokus khusus dalam kajian keislaman. Mahasiswa dari Irak sangat dimungkinkan untuk nyantri di lembaga-lembaga kami ini," jelas Prof Waryono.

 

Para ulama Irak menyambut baik gagasan tersebut dan mereka mengatakan bahwa dan sangat baik bagi pelajar-pelajar dari Indonesia untuk dapat belajar di Irak.

 

Syekh Salim, ulama asal Australia mengatakan, "Darul Fatwa memiliki beberapa hektar lahan dan mahasiswa-mahasiswa dari Indonesia dapat mampir dan menginap di sana."


Selain Prof Waryono dalam diskusi tersebut hadir juga KH Sholahudin Al-Hadi (Katib Syuriyah PCNU Kabupaten Bekasi), Andi Hadiyanto (Dosen Universitas Negeri Jakarta), KH Ali Sobirin El-Muannatsy (Pengasuh Pondok Pesantren Nihadlul Qulub Moga, Pemalang, Jawa Tengah); dan Ustadz Hasan Bashori dari Pojok Gus Dur.


Sementara rombongan dari luar negeri yang hadir dalam diskusi tersebut antara lain Prof. Dr. Hazim Thorisy Hatim, Universitas Imam Kazhim; Syekh Sattar Jabar Hilo Al-Zahrany, Komunitas Sabean Dunia; Syekh Dr. Nihad Khalil Naji Al-Any, Direktur Lembaga Bimbingan Masyarakat Islam; Dr. Abdul Kareem Naser Mahmood Al-Ismail, Majma’ Fiqh; Syekh Sayid Ehsan Assayid Sholeh al-Hakim, Lembaga Dialog dan Perdamaian Imam Husein; dan Syekh Dr. Hameed Al Khafaji, Institute for Peace and Peace Building dari Irak, serta Syekh Prof. Dr. Salim Alwan Al-Husayni, Ketua Umum Darul Fatwa Australia.

 

Diwawancarai secara terpisah usai diskusi, KH Ali Sobirin menyambut baik gagasan pertukaran santri Indonesia-Irak. "Kita tahu, pada abad 7-8, Irak mengalami masa kejayaannya. Utamanya pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, khalifah kelima dari kekhalifahan Abbasyiyah yang kita kenal sangat adil dan bijak," jelas penulis buku Teknologi Ruh.


"Kita umat Islam mengalami masa keemasan ilmu pengetahuan pada masa itu. Kitab-kitab para salafush-sholihin berlimpah ruah di berbagai bidang, dan menjadi benih lahirnya era renaisance bahkan ilmu pengetahuan modern hingga sekarang ini," lanjutnya.

 

"Akan sangat baik jika para santri kita dapat menyerap ruh kejayaan dan belajar ilmu pengetahuan di berbagai bidang yang berserak di negeri 1001 Malam itu, sekaligus untuk kita Muslim Indonesia dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia," pungkasnya. 

 

Sementara itu Ustadz Hasan Bashori menyampaikan, "Kita tahu bahwa almaghfurlah Gus Dur adalah juga alumni Universitas Baghdad."


"Beliau sosok yang dapat dilihat untuk melihat keberlimpahan ilmu pengetahuan di Irak sana," kata pengampu Pojok Gus Dur.


Editor: Kendi Setiawan