Internasional

Myanmar Bantah PBB soal Tuduhan Pemusnahan Etnis

NU Online  ·  Jumat, 29 September 2017 | 13:30 WIB

Myanmar Bantah PBB soal Tuduhan Pemusnahan Etnis

Ilustrasi (© Reuters)

New York, NU Online
Penasihat Keamanan Nasional Myanmar Thaung Tun, Jumat (29/9), membantah tudingan PBB tentang adanya praktik pembersihan etnis di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, pada sebuah pertemuan terbuka Dewan Keamanan PBB.

Dalam sidang yang membahas  tentang masalah Rakhine itu, Thaung Tun menyebut tuduhan tersebut subjektif dan emosional.

"Kami menyadari, ada situasi serius yang perlu ditangani, namun kami juga harus menyadari bahwa kekerasan baru-baru ini dipicu oleh serangan yang dilakukan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA)," kata Thaung Tun, seperti dikutip kantor berita Xinhua.

Thaung Tun menyebut militan ARSA yang melancarkan serangan ke pos-pos keamanan Myanmar sebagai teroris. Serangan mematikan ARSA saat itu memicu serangan balasan dari militer Myanmar yang mengakibatkan eksodus ratusan ribu Muslim Rohingya ke negara tetangga, Bangladesh.

"Pemerintah Myanmar akan bekerja untuk memastikan bahwa perang melawan teroris tidak akan mengalihkan perhatian kita dari komitmen kita untuk membawa perdamaian, stabilitas dan pembangunan di Negara Bagian Rakhine," katanya.

Sementara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengecam keras krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya. Ia juga menuntut pemerintah Myanmar untuk menghentikan operasi militer

PBB menilai kekerasan mengerikan telah berlangsung di Myamnmar, antara lain dengan adanya kasus penembakan secara serampangan, serta penggunaan ranjau darat dan kekerasan seksual terhadap warga sipil. Di mata PBB, tindakan tersebut adalah pelanggaran HAM berat.

"Ini tak bisa diterima dan harus segera berakhir," tambah Guterres, Kamis, sebagaimana dilaporkan AFP, Jumat (29/9). (Red: Mahbib)