Internasional

Pameran Turots PCINU Belanda Gambarkan Islam Nusantara

Ahad, 5 Juni 2022 | 15:00 WIB

Pameran Turots PCINU Belanda Gambarkan Islam Nusantara

Llebih dari 30 foto dan manuskrip akan dipamerkan di gedung utama Universitas Vrije dalam Pameran Turots PCINU Belanda, 3-14 Juni 2022. Manuskrip dan foto tersebut menggambarkan Islam Nusantara. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Pameran manuskrip The Traversing of Islam Nusantara in the Netherlands di Universitas Vrije Amsterdam, Belanda diadakan Alif.id pada tanggal 3-14 Juni 2022. Pameran yang dibuka pada 2 Juni 2022 tersebut merupakan kegiatan pendukung pada 3rd Biennial International Conference: Reimagining Religion and Values in Time of (Societal) Crisis yang dihelat bersama Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda bekerjasama dengan Universitas Vrije Amsterdam.


Ketua Program Pameran Konferensi PCINU Belanda Nur Ahmad mengatakan, lebih dari 30 foto dan manuskrip akan dipamerkan di gedung utama Universitas Vrije. Manuskrip dan foto tersebut menggambarkan Islam Nusantara.


"Nah, semua ilustrasi mengenai relasi kultural dalam konteks Islam Nusantara itu tercatat di manuskrip dan terekam dalam foto, yang akan kami pamerkan selama sekitar 15 hari," kata mahasiswa program doktor Universitas Leiden Belanda itu, Rabu (1/6/2022) di Amsterdam, sebagaimana dilansir Alif.id


Nur Ahmad menjelaskan, bahwa satu dari sekian banyak manuskrip yang paling awal dibawa ke Eropa dari Indonesia adalah manuskrip Islam yang ditulis dalam bahasa Jawa dan saat ini disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden. Manuskrip itu diboyong ke Belanda sebelum tahun 1600.


"Isinya adalah beragam ajaran dan petuah kebaikan yang dipercaya berasal dari Sunan Bonang," imbuh dosen Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jawa Tengah itu.


Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCINU Belanda Ahmad Afnan Anshori menegaskan, mayoritas manuskrip Indonesia yang tersimpan di Belanda sangat terkait dengan proses islamisasi. Menurutnya, hal ini perlu dijelaskan agar dapat meminimalkan kesalahpahaman terkait Islam di Indonesia.


"Tidak dipungkiri bahwa Islam di Indonesia juga sangat terpengaruh oleh tradisi Hindu dan Budha yang telah lebih dulu dianut oleh masyarakat, utamanya di Jawa," kata mahasiswa doktoral Universitas Nijmegen, Belanda itu.


Dengan melihat lagi manuskrip Islam Indonesia, lanjutnya, naskah-naskah kuno yang ditulis para ulama dan sejarawan Nusantara, publik akan mendapatkan pandangan yang lebih mendalam dan informasi yang barangkali belum diketahui. Sejumlah manuskrip menjadi saksi proses transformasi dari kitab-kitab berbahasa Arab menjadi suatu ekspresi lokal, misalnya macapat atau syair-syair. Jika dilihat lebih mendalam, manuskrip yang ditulis oleh ulama Nusantara bukan sekadar terjemahan dari kitab Arab, tetapi juga mengandung konteks lokal.


Ketua Panitia Konferensi Internasional Ketiga PCINU Belanda, Yus Sa’diyah Broersma menuturkan, Belanda merupakan pionir di antara negara-negara di Eropa yang piawai menyimpan banyak sekali manuskrip dari Nusantara, dimulai dari akhir abad ke-16. Sepuluh manuskrip pertama dari Indonesia yang dibawa ke Eropa adalah milik para professor dari Universitas Leiden.


"Pada tahun 1597, Leiden memulai menggali manuskrip-manuskrip dari Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Van Dulmen, seorang pengelana yang termasuk paling awal tiba di Asia Tenggara," jelas Yus, Wakil Ketua PCINU Belanda yang telah lama menetap di Belanda ini.


Sementara itu, Kurator pameran Adrian Perkasa menyebutkan diaspora Muslim Maluku turut mewarnai wajah Islam Nusantara di Belanda. Di dalam satu koleksi foto yang dipamerkan, tampak orang Maluku tengah salat berjamaah saat Ramadan di Kamp Wydlemerck Belanda pada tahun 1955. Mereka berada di kamp dari tahun 1954 hingga 1969. Foto tersebut diperoleh dari kolektor Ghani van den Bergh.


"Setelah kemerdekaan, banyak orang Maluku yang mulanya anggota KNIL diterbangkan ke Belanda bersama keluarga mereka. Banyak di antara mereka yang Muslim. Bisa dikatakan kita sama-sama saling sharing budaya dan perbedaan keyakinan justru menambah kekayaan khazanah budaya, oleh karena itu toleransi antaragama tidak perlu dipertanyakan lagi," jelas Adrian yang juga tengah studi doktoral di Belanda.


Adapun konferensi internasional yang menghadirkan para pemakalah dari sejumlah negara dan terbanyak dari Indonesia tersebut diselenggarakan pada tanggal 8-9 Juni 2022.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan