Ansan, NU Online
Bertepatan dengan Hari Raya Seollal atau di Indonesia dikenal sebagai Hari Raya Imlek, forum Paguyuban se-Jawa Timur di Korea Selatan mengundang kiai yang juga Budayawan Indonesia KH Emha Ainun Najib atau yang akrab dipanggil Cak Nun.
Acara diselenggarakan pada Ahad (29/1) bertempat di Hanyang University Guest House Ansan, Kyeonggi-do bekerja sama dengan Lingkar Maiyah dan PCINU Korea Selatan.
Cak Nun yang hadir bersama istrinya Novia Kolopaking tampak antusias dan senang menemui para WNI di Korea Selatan. Ia dan istri menyempatkan berkunjung ke Kantor Sekretariat PCINU Korsel dan bertemu para Pengurus PCINU Korsel sehari sebelum acara dimulai.
Tiba di lokasi acara, Cak Nun disambut dengan Sholawat dan pentas kesenian Jaranan Tulung Agung dan Reog Ponorogo. Dalam acara yang bertajuk "Ngopi Bareng Cak Nun (Ngopeni Ati lan Ngopeni Pikiran, memelihara hati dan pikiran)" itu, Cak Nun memulai acara dengan mengajak seluruh jamaah membaca Surat Al-Insyiroh.
Persembahan Raranan dan Reog diawal acara menggambarkan dengan jelas, di mana pun berada, mereka tetap percaya diri menjadi dirinya sendiri, yakni orang Indonesia. Sekalipun berada di Korea Selatan mereka tidak ingin menghilangkan identitas keindonesiaan.
Menurut Cak Nun, problem Indonesia yang sebenarnya bukan persoalan kemiskinan. “Karena jika ukurannya materi, kita sangat kaya raya,” jelas Pimpinan Jamaah Maiyah itu.
Lebih jauh, dia mengatakan, secara mental bangsa Indonesia adalah bangsa yang unggul, terbukti bagaimana TKI di Korsel sangat dihargai dan diidolakan oleh perusahaan-perusahaan Korea karena ulet, punya tanggung jawab dan etos kerja yang baik.
“Masalah utama bangsa Indonesia adalah ketidakmampuan menjaga martabat diri, kita tidak bangga menjadi diri kita sendiri,” ungkap Nahkoda grup musik Kiai Kanjeng ini.
Dalam kesempatan itu, Novia Kolopaking juga mempersembahkan beberapa lagu seperti lagu "Semau-Maumu" Kiai kanjeng dan "Asmara".
Cak Nun berpesan kepada jamaah bahwa hidup harus punya hitungan rencana ke depan, terutama untuk para TKI harus dipikirkan konsep dan rencana yang akan dilakukan selepas pulang ke Indonesia.
Dalam acara tersebut, Cak Nun memanfaatkan waktu dengan memberikan kesempatan berdialog. Dari pertanyaan dan dialog dengan peserta, Cak Nun menyampaikan respons sehingga dialog berjalan interaktif.
Berbagai pertanyaan mulai dari kehidupan riil sehari-hari, masalah pribadi, pekerja diluar negeri, seputar Islam maupun seputar keindonesiaan di jawab oleh Cak Nun dengan jelas dan mudah dipahami. (Imam Sibaweh/Fathoni)