Internasional

Pengalaman Jamaah Indonesia Umrah Perdana di Masa Pandemi

Jum, 6 November 2020 | 05:00 WIB

Pengalaman Jamaah Indonesia Umrah Perdana di Masa Pandemi

Wakil Ketua MWCNU Patrol, Indramayu, Jawa Barat, H Rizqi Amali Rosyadi saat berada di Masjidil Haram. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online 

Pemerintah Arab Saudi kembali membuka perjalanan ibadah umrah bagi warga negara asing sejak 1 November 2020. Pembukaan kembali ini dilakukan setelah penutupan dan penghentian sementara umrah yang dikeluarkan oleh Kerajaan Arab Saudi pada 28 Februari 2020, akibat pandemi Covid-19.

 

Dibukanya kembali ibadah umrah memang ditunggu-tunggu oleh banyak umat Islam termasuk dari Indonesia. Wakil Ketua MWCNU Patrol, Indramayu, Jawa Barat, H Rizqi Amali Rosyadi salah satunya. Dikutip NU Online Jawa Barat, H Rizqi juga berkesempatan melaksanakan umrah perdana saat pandemi Covid-19.

 

Pemilik travel haji dan umrah Qonita Wisata Indramayu itu berangkat dari Indonesia tanggal 1 November 2020 dan direncanakan pulang kembali ke tanah air pada tanggal 12 November 2020. 

 

"Alhamdulillah berkat karunia Allah, saya berkesempatan menjalankan umrah perdana saat pandemi covid-19 ini," tutur Rizqi.

 

Ia mengatakan selain untuk beribadah, dirinya berangkat juga untuk sekaligus mempelajari secara detail bagaimana suasana, aturan dan kejadian-kejadian saat umrah. Hal-hal itu dapat dipelajarinya untuk  menjadi bahan persiapan keberangkatan jamaah umrah yang sudah mendaftar melalui biro perjalanan umrah yang dipimpinnya.

 

H Rizqi menuturkan banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan harus siap dengan aturan-aturan yang berubah demi penekanan angka Covid-19. "Beberapa aturan yang saya catat di hari pertama 1 November 2020, di antaranya adalah pastikan visa umrah selalu di tangan baik dalam bentuk pdf dan fisik kertas," pesannya.

 

Kemudian, memastikan bahwa hasil tes PCR selalu dibawa, selain tiket. Hasil PCR harus dalam bentuk fisik di atas kertas karena akan ditempel stiker oleh petugas Kementerian Kesehatan Saudi saat mendarat di terminal baru Jeddah.

 

Jamaah umrah akan naik skytrain menuju loket imigrasi dan bagasi. Lalu jamaah akan diminta mengisi form kesehatan dan disclaimer yang dibagikan oleh awak kabin. "Jangan lupa isi form kesehatan dan disclaimer yang dibagikan awak kabin sebelum turun pesawat biar tidak numpuk antre di terminal," ia mewanti-wanti.

 

Sementara pembagian kunci kamar hotel menurut Rizqi dilakukan di bus, karena dilarang jika itu dilakukan di loby hotel. Pihak maskapai dan bus masing-masing memberikan safety kit seperti masker dan lain-lain.

 

"Saat sampai di hotel, kami harus dikarantina selama tiga hari, tidak keluar kamar apalagi hotel. Di hari kedua karantina dilakukan uji dan jika hasilnya negatif, jamaah boleh melaksanakan rangkaian ibadah umroh termasuk thawaf sampai sai," ungkap Rizqi.

 

Selesai melaksanakan umrah, Rizqi melanjutkan, jamaah diminta untuk karantina lagi selama dua hari untuk mengevaluasi penyebaran Covid-19. Jika tidak ada yang positif maka jamaah Indonesia dapat melaksanakan ibadah di Masjidil Haram.

 

Selain aturan-aturan itu, menurut H Rizqi masih banyak aturan baik yang sudah tertulis maupun kebijakan mendadak. Itu dikarenakan banyaknya faktor, baik faktor jamaah atau kebijakan Kerajaan Arab Saudi.

 

Dia berharap, dengan mengikuti umroh perdana, dapat mengambil berbagai pengalaman serta mempelajari berbagai aturan yang ada. "Sehingga akan menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam di Indonesia yang akan melaksanakan ibadah umrah," ujarnya.

 

Editor: Kendi Setiawan