Nasional

Pahami Empat Relasi Utama untuk Jaga Ketahanan Keluarga

Rab, 4 November 2020 | 05:00 WIB

Pahami Empat Relasi Utama untuk Jaga Ketahanan Keluarga

Menurut Aliisa Wahid relasi dalam keluarga menjadi kunci yang membuat bangunan rumah keluarga menjadi kokoh.

Jakarta, NU Online

Utuh dan kokohnya bangunan rumah tangga perlu didasari dengan fondasi yang kokoh. Untuk menguatkan bangunan keluarga, harus dipahami adanya relasi yang saling mengait. 

 

Sekretaris Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKNU) Alissa Wahid mengatakan terdapat empat relasi utama dan satu relasi pelengkap dalam satu keluarga. Pertama, relasi marital antara bapak dengan ibu atau suami dengan istri. Kedua, relasi parental antara orangtua dengan anak.

 

"Ketiga, relasi familial antara individu dengan keluarga besar, seperti dengan kakek-nenek. Keempat, relasi sosial antara keluarga dengan tetangga lingkungan sekitar," kata Alissa dalam tayangan Merasakan Peran Keluarga di Era Pandemi.

 

Sementara relasi penunjangnya, lanjut Alissa, adalah relasi ekologi yakni hubungan manusia dengan alam sekitar. Hal inilah yang kerap ditinggalkan atau tidak diindahkan oleh kebanyakan orang. Banyak yang menganggap alam bukan sebagai bagian dari kehidupan manusia.

 

"Padahal, kita ditugaskan Allah untuk membangun kemaslahatan di muka bumi, menegakkan Islam rahmatan lil alamin. Itu berarti (membangun relasi) dengan alam kita juga," terang Alissa.

 

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian ini itu menegaskan bahwa relasi dalam keluarga inilah yang sebenarnya menjadi kunci yang membuat bangunan rumah keluarga menjadi kokoh sekalipun diterpa oleh bencana gempa, seperti hilangnya sumber nafkah pada masa pandemi.

 

"Tapi apakah itu (hilang sumber nafkah) serta-merta akan membuat keluarga hancur?" tanya Alissa mengajak merenung.

 

Alissa lalu menceritakan bahwa ketika ia lahir, orang tuanya dalam keadaan tidak punya penghasilan yang besar. Bahkan ketika ayah Alissa, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) wafat, keluarga dalam keadaan tidak punya harta yang berlimpah. "Atau lebih tepatnya tidak punya uang berlimpah," kata Alissa mengisahkan kondisi keluarganya, dulu.

 

Harta Gus Dur, kata Alissa adalah perjuangan, ilmu, dan lingkungan yang begitu berharga bagi beliau, terutama umat. "Tapi kalau uang, ya nggak punya. Nggak layak untuk seorang Gus Dur. Orang tua saya ketika setengah tahun sebelum wafat, tidak punya uang untuk pegangan sehari-hari," tambah Alissa.

 

Namun, kondisi yang demikian itu tidak menghancurkan bangunan rumah keluarga Gus Dur. Alissa yakin pula bahwa banyak orang di negeri ini yang bukan berasal dari keluarga yang secara materi berlimpah tapi keluarganya baik-baik saja.

 

Pertanyaannya, bagaimana relasi antarorang di dalam keluarga yang justru tidak cukup kuat untuk menahan terpaan gempa atau banjir. Alissa mengatakan, tantangan itu tidak cukup kuat untuk dihadapi keluarga yang tidak dilandasi dengan fondasi yang kokoh.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan