Internasional

Penyebaran Islam Nusantara di Sudan Butuh Delegasi Resmi Indonesia

NU Online  ·  Jumat, 19 April 2019 | 11:30 WIB

Jakarta, NU Online
Wacana Islam Nusantara semakin kencang didengungkan semenjak menjadi tema besar pada Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang, Jawa Timur, pada 2015 lalu. Diskursus ini tidak hanya santer di dalam negeri, melainkan juga semakin menggema di luar negeri.

Tak dapat dipungkiri, santernya diskursus Islam Nusantara di belahan dunia lainnya itu tidak lepas dari peran serta Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) yang tersebar di lebih dari 30 negara.

PCINU Sudan salah satunya yang juga berupaya mengembangkan wacana itu di negeri yang terletak di bagian utara Benua Afrika itu. Hal ini dilakukan dengan berbagai kegiatan meskipun dirasa belum begitu maksimal.

"Dulu periode 2015-2016 pernah seminar istimbath hukum ala NU dan Majma' Fiqh Sudan, setelah itu belum diteruskan," kata Ketua Tanfidziyah Demisioner PCINU Sudan, Muthiullah Hibatullah kepada NU Online Kamis (19/4) malam.

Pria yang telah menyelesaikan studi sarjananya di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Al-Qur'an Al-Karim itu mengungkapkan bahwa kendala diskusi itu karena pihak Sudan mengharapkan kehadiran utusan resmi Indonesia untuk membahas tema tersebut bersama.

"Lembaga-lembaga di Sudan mengharapkan adanya delegasi resmi dari Indonesia yang bisa menyampaikan langsung," jelasnya, "di sini yang kami kesulitan," imbuhnya.

Delegasi yang mereka harapkan, kata Muthiullah, langsung dari lembaga serupa Majma' Fiqih di Indonesia. Maksudnya, lanjutnya, adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Di samping itu, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu juga mengungkapkan bahwa kepengurusannya berhasil mengikuti pameran buku internasional dengan menghadirkan kitab-kitab karya ulama Nusantara.

"Bazar kitab ulama Nusantara yang baru pertama kali diperkenalkan kepengurusan tahun ini di even pameran buku internasional tahunan di Sudan," pungkas pria asal Pondok Pesantren Winong, Cirebon, Jawa Barat itu. (Syakir NF/Muiz)