Internasional

Rencana PM Israel Caplok Lembah Yordania Dikecam Dunia

Rab, 11 September 2019 | 12:30 WIB

Rencana PM Israel Caplok Lembah Yordania Dikecam Dunia

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (kanan), dan Mantan Penasihat Keamanan AS, John Bolton saat di salah satu pos militer yang menghadap ke Lembah Yordania. (Foto: Abir Sultan/AFP/GETTY IMAGES)

Tel Aviv, NU Online
Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu berjanji akan menganeksasi wilayah Lembah Yordania dan Laut Mati utara jika dirinya menang dalam pemilihan umum di negeri Zion tersebut pekan depan. 
 
"Jika saya mendapat mandat dari Anda semua, masyarakat Israel, maka saya akan memastikan kedaulatan Israel di Lembah Yordania dan juga Laut Mati utara," kata Netanyahu, dikutip dari laman AFP, Rabu (11/9).
 
Beberapa negara di dunia mengecam rencana PM Israel tersebut.
 
Arab Saudi
 
Kerajaan Arab Saudi menilai, menolak rencana PM Israel tersebut. Pihak Kerajaan menyebut, pernyataan Netanyahu sangat berbahaya dan menyalahi piagam PBB dan hukum internasional.
 
"Kerajaan mengecam dan menolak. Kerajaan menegaskan deklarasi tersebut sangat berbahaya terhadap rakyat Palestina dan menunjukkan pelanggaran nyata terhadap piagam PBB dan prinsip hukum internasional," demikian pernyataan pengadilan Saudi, dikutip AFP, Rabu (11/9).
 
Arab Saudi juga mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menggelar pertemuan darurat untuk merespons pernyataan Netanyahu tersebut. "Arab Saudi mendesak komunitas internasional untuk mengutuk dan menolak deklarasi dan mempertimbangkan tindakan apa pun yang dibuatnya tidak berlaku," lanjutnya.

Yordania
 
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, mengatakan, rencana Netanyahu tersebut bisa meningkatkan kekerasan di wilayah tersebut. Menurutnya, langkah sepihak Netanyahu bisa menghentikan segala proses perdamaian Israel-Palestina dan menimbulkan gejolak baru di kawasan Timur Tengah
 
"Niat Netanyahu untuk menerapkan kedaulatan Israel atas Lembah Jordan dan Laut Mati utara akan mendorong seluruh wilayah menuju kekerasan," kata Safadi.
 
Turki
 
Menteri Luar Negeru Turki, Mevlut Cavusoglu, mengecam Netanyahu dan menyebut sebagai seorang yang rasis. Dikatakan Cavusoglu, Netanyahu menyampaikan pesan ilegal, tidak patuh hukum, dan agresif menjelang pemilu Israel. Dia menegaskan, Turki akan terus membela Palestina hingga mereka mendapatkan hak-haknya.
 
"Janji kampanye Netanyahu, yang memberi semua jenis pesan ilegal, melanggar hukum, dan agresif sebelum pemilu, adalah (sistem) rasis negara apartheid," kata Cavusoglu, lewat Twitter-nya.
 
Palestina
 
PM Palestina Mohammad Shtayyeh menyebut Netanyahu sebagai perusak utama proses perdamaian Palestina-Israel. Hal yang sama juga disampaikan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Dikatakan Abbas, jika Israel mencaplok bagian Tepi Barat maka semua perjanjian yang telah ditandatangani dengan Israel berakhir.
 
"Semua perjanjian dan kewajiban yang dihasilkannya akan berakhir jika pihak Israel mencaplok Lembah Yordan, Laut Mati utara, dan bagian mana pun dari wilayah Palestina yang diduduki pada 1967," kata Abbas dalam sebuah pernyataan, dilaporkan kantor berita resmi Palestina, WAFA, Rabu (11/9).
 
Indonesia
 
Indonesia mengecam rencana PM Israel menganeksasi Lembah Yordania. Plt Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk merespons pernyataan yang berbahaya tersebut.
 
Pernyataan Netanyahu tersebut dianggap bertentangan dengan hukum internasional, beberapa resolusi PBB, dan mengancam proses perdamaian yang tengah berlangsung. Dikatakan Faizasyah, Indonesia mendukung solusi dua negara untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel.
 
Liga Arab
 
Liga Arab menyebut, rencana Netanyahu sebagai perkembangan yang berbahaya dan bentuk agresi Israel. Dikatakan Liga Arab, rencana Netanyahu tersebut melanggar hukum internasional sekaligus meluncurkan ‘torpedo’ terhadap pondasi perdamaian Palestina-Israel yang digagas selama ini.
 
Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan