Internasional

Sempat Dicekal Pemerintah AS, Mahasiswa Asal Palestina Kini Bisa Kuliah di Harvard

Rab, 4 September 2019 | 15:45 WIB

Sempat Dicekal Pemerintah AS, Mahasiswa Asal Palestina Kini Bisa Kuliah di Harvard

Ismail Ajjawi (tengah) akhirnya bisa mulai belajar di Harvard University, Amerika Serikat (AS) setelah sebelumnya sempat dicekal di Bandara Logan, Boston pada akhir bulan lalu. (Foto: Twitter @raza_hamzah)

Boston, NU Online
Seorang warga Palestina, Ismail B Ajjawi (17) akhirnya bisa mulai belajar di Harvard University, Amerika Serikat (AS). Ismail kini sudah bisa masuk kelas dan mengikuti perkuliahan di Harvard University yang dimulai pada Selasa (3/9). 

Keterangan itu disampaikan Sebuah LSM pendidikan berbasis di Washington, Amideast. Menurut Amideast, Ismail tiba di Bandara Logan, Boston, satu hari sebelum masa perkuliahan dimulai.

"Kami senang mimpi Ismail di Harvard akan terwujud," kata Presiden dan CEO Amideast, Theodore Kattouf, seperti dikutip dari laman France24, Selasa (3/9).

Kattouf menyebut, Ismail adalah salah satu pemuda terbaik di Lebanon. Kegigihan dan kecerdasa Ismail membuat dirinya bisa mendapatkan beasiswa di Harvard University.

“Ismail adalah pemuda cerdas, pekerja keras. Kecerdasan dan kegigihannya membuatnya berhasil mengatasi tantangan yang dihadapi para pemuda pengungsi Palestina untuk mendapatkan beasiswa," katanya.

Pihak keluarga Ismail mengaku, dalam beberapa terakhir setelah Ismail ditolak masuk AS menjadi hari yang penuh dengan kecemasah. Pihak keluarga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung Ismail. 

"10 hari terakhir yang sulit dan dipenuhi kecemasan, tetapi kami sangat berterima kasih atas ribuan pesan dukungan dan terutama pekerjaan Amideast," kata keluarga Ismail dalam sebuah pernyataan.

Sebagaimana diketahuim pada akhir bulan lalu, Jumat (23/8), Ismail tiba di Bandara Internasional Logan, Boston untuk memulai belajar di Harvard University. Namun ia ditolak masuk AS oleh petugas imigrasi setempat meski sudah memiliki visa.

Dikutip laman The Harvard Crimson, Selasa (28/8), Ajjawi mengaku ditahan dan ditanyai petugas imigrasi selama delapan jam ketika tiba di bandara. Sebelum akhirnya ia ditolak masuk karena komentar teman-temannya di media sosialnya.

Dia menceritakan, semula petugas imigrasi memerika handphone dan laptopnya selama lima jam. Setelah itu, seorang petugas imigrasi perempuan memintanya masuk ruangan dan berbicara kepadanya dengan nada tinggi.

Dikatakan Ajjawi, petugas imigrasi juga bertanya kepadanya perihal agama dan kegiatan keagamaan yang pernah dilakukannya di Lebanon. Dia adalah warga Palestina yang tinggal dan bersekolah di Tirus, Lebanon. 

Dalam pemeriksaan itu, petugas imigrasi menemukan komentar politik penentangan terhadap AS di media sosial Ajjawi. Dia menjelaskan, komentar-komentar itu dibuat oleh teman-temannya, dirinya tidak pernah membuatnya.
 
 
 
Pewarta: Muchlishon
Editor: Alhafiz Kurniawan