Internasional JURNAL DAI RAMADHAN

Shalawat Badar Menggema dalam Festival Budaya di Italia

Kam, 22 Juni 2017 | 10:00 WIB

Shalatullah salamullah ā€˜alaa Thoha Rasulillahā€¦

Shalatullah salamullah ā€˜ala Yasiin Habibillahā€¦

Syair seperti sudah tidak asing lagi di telinga kita, umat Islam Indonesia. Tetapi kali ini terasa berbeda, karena shalawat itu dilantunkan oleh anak-anak di Italia dalam rangka memeriahkan Festival Budaya Italia, Selasa 21 Juni 2017. Dengan ceria dan kompak, anak-anak menyuarakan nada shalawat yang begitu jarang terdengr di negara Italia ini.

Sebagai masyarakat rantau Indonesia, atau disebut diaspora di Italia, mereka memang sengaja menampilkan kesenian dan budaya Nusantara. Selain Shalawat Badar, lagu ā€˜Es Lilinā€™ dari Jawa Barat juga dinyanyikan dengan merdu oleh Elina, diaspora asal Majalengka. Lagu-lagu Nasional tidak lupa ditampilkan.
Ā 
ā€˜Indonesia Pusakaā€™ dilantunkan dengan seriosa oleh sesepuh diaspora, Ibu Emi yang sudah 50 puluh tahun lebih tinggal di Italia sejak zaman Presiden Sukarno. Atas Ā permintaan Bapak Presiden Sukarno pada saat itu, ibu Emi ditugaskan untuk menjadi pengajar kesenian budaya Indonesia di Italia.

Anak-anak muda dengan band juga mengiringi kemeriahan festival budaya. Tidak tanggung-tanggung enam lagu disuguhkan oleh anak-anak muda keturunan diplomat ini. Ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan (DWP) turut serta menyumbangkan kesenian angklungnya.
Ā 
Melihat itu, Saya tidak ketinggalan ikut memeriahkan acara. Saya bawakan lagu ā€˜Menjaring Matahariā€™ milik Ebiet G Ade. Gitar akustik oleh Pak Asep, Lokal Staff KBRI asal Bogor, Ā mengiringi penampilan. Pembacaan puisi menyelingi penampilan saya.

Menurut Charles, Staf KBRI yang menangani sosial budaya, Festival Budaya Italia ini dilakukan setiap tahun tanggal 21 Juni. Semua Ambassador yang ada di Italia dianjurkan menampilkan dan memperkenalkan kesenian budaya masing-masing, sesuai ciri khas negara mereka.

Harapannya dengan pertunjukkan budaya ini dapat memupuk dan memperat hubungan pemerintah dengan masyarakat sekitar, di samping juga memberikan hiburan dan wawasan kebudayaan.

Ini pengenalan budaya yang baik. Selama di dalamnya tidak ada unsur-unsur yang melanggar norma agama, negara dan masyarakat. Sebagaimana dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 disebutkan bahwa kita diciptakan berbeda-beda. Beda bahasa, beda seni dan budaya, beda suku, beda warna kulit, beda bangsa, beda negara, dan beda-beda yang lainnya.
Ā 
Tetapi, semua itu bukan masalah. Semua perbedaan itu hendaknya menjadikan kita dewasa. Perbedaan itu dapat menjadikan kita bijkasana. Karena dengan perbedaan kita dapat saling belajar, saling memahami, saling menghargai, sehingga tidak ada lagi pertengkaran dan permusuhan. Karena orang yang paling mulia di sisi Allah, adalah orang-orang yang paling baik hatinya. Itulah tanda orang-orang yang bertakwa.

Khumaini Rosadi, Dai Ambassador Cordofa 2017, anggota anggota Tim Inti Dai Internasional dan Media (TIDIM) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU).